Sampoerna Beri Sinyal Batalkan Bangun Pabrik Gula di Merauke
Senin, 25 Jul 2005 13:28 WIB
Jakarta - Keluarga Sampoerna telah memberi sinyal bakal membatalkan rencananya menanamkan investasi untuk membangun pabrik gula di Merauke, Papua. Padahal pembangunan pabrik gula di Merauke ini diharapkan bisa menutupi kekurangan gula nasional.Demikian disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (Apeksi) Natsir Mansyur di sela-sela rakornas telematika Kadin Indonesia di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta, Senin (25/7/2005)."Pada pertemuan minggu lalu, mereka (Sampoerna) memang tidak mengatakan saya mengundurkan diri, tapi sinyalnya tidak berminat," kata Natsir.Ia menjelaskan, salah satu hal yang membuat Sampoerna tidak lagi berminat adalah kondisi infrastruktur yang tidak memadai dan juga ada masalah tanah."Sinyal ingin keluar itu dengan pertimbangan pabrik gula di Merauke membutuhkan 120 ribu hektar untuk 4 pabrik baru dengan total investasi Rp 6,8 triliun. Tapi tanah yang siap hanya 25 ribu hektar. Selain itu kondisi infrastruktur dan masalah tanah ulayat," kata Natsir.Natsir juga mengungkapkan, pada saat pembicaraan pertama antara keluarga Sampoerna yang diwakili Angky Camaro dan pemerintah di Departemen Perindustrian, sudah terungkap bahwa Sampoerna tidak berniat investasi pabrik gula. "Angky Camaro bilang, jual rokok saja sulit, apalagi membangun pabrik di Merauke," kata Natsir.Namun menurut Natsir, pada waktu itu dari pihak pemerintah meminta Sampoerna untuk mencoba terlebih dahulu, meski Sampoerna belum menegaskan sikapnya. "Mentan dan Menperin terlalu cepat mengeluarkan pernyataan," tegasnya.Ditambahkan Natsir, jika Sampoerna benar-benar membatalkan investasinya, maka pemerintah harus memikirkan cara untuk mencukupi kebutuhan gula nasional yang kini mencapai 3,2 juta ton per tahun. Dari jumlah kebutuhan tersebut, pemerintah harus mengimpor 1,2 juta ton. "Jadi setidaknya kita masih butuh 10 pabrik baru. Setelah ada sinyal dari Sampoerna ini untuk memenuhi kebutuhan nasional, saya katakan kepada pemerintah jangan memikirkan investasi baru, tapi relokasi empat pabrik gula yang sekarang sedang dikaji BUMN," paparnya.Keluarga Sampoerna setelah menjual sahamnya di PT HM Sampoerna Tbk kepada Philip Morris senilai lebih dari US$ 2 miliar, telah menegaskan minatnya untuk berinvestasi di sektor infrastruktur dan agribisnis. Kabar terakhir, keluarga Sampoerna yang kini membentuk Sampoerna Group telah menggandeng perusahaan milik Tommy Winata, Grup Artha Graha dan juga pengusaha Cina dari Guangdong. Ketiga konglomerasi ini berniat menanamkan investasi senilai US$ 3 miliar atau sekitar Rp 29,4 triliun di Indonesia untuk jangka waktu tiga tahun ke depan.Investasi itu akan ditanamkan dalam berbagai bidang, antara lain agribisnis, perikanan dan kelautan, kerajinan, furnitur, pertambangan umum dan migas, keuangan, serta infrastruktur. Sebagai langkah awal, konsorsium tersebut akan segera mendirikan Indonesia-China Trade Center di Jakarta.
(qom/)