Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro membandingkan dengan kondisi ekonomi di Jepang. Negeri Sakura itu mempunyai daya tahan yang cukup kuat ketika terjadi gejolak perekonomian global.
Salah satu pendorongnya lantaran tingginya rasa nasionalisme masyarakat Jepang. Mereka rela membela negara dalam hal apapun termasuk keuangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terbukti dari lebih dari 90% utang pemerintah Jepang dikuasai oleh masyarakatnya sendiri. Mereka tak ragu untuk membeli surat utang yang diterbitkan oleh pemerintahnya sendiri.
"Sampai level ibu-ibu yang bukan pekerja itu mereka investor di surat utang negaranya"Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro |
"Kita tahu nasionalisme Jepang sangat tinggi. Sampai level ibu-ibu yang bukan pekerja itu mereka investor di surat utang negaranya," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Sementara di Indonesia, tercatat Surat Berharga Negara sekitar 40% masih dikuasai asing. Kebanyakan juga masih dari investor institusi.
Menurut kondisi ini jauh berbeda dengan Jepang, hampir seluruh lapisan masyarakatnya membeli surat utang negara. Bahkan sampai ibu rumah tangga.
"Jadi setiap kali ada gejolak seperti saat ini pasti ada gejolak juga," tambahnya.
Padahal, menurut Bambang rasa nasionalisme masyarakat Indonesia cukup besar. Terbukti dari dukungan masyarakat Indonesia terhadap atlit-atlit yang tengah bertanding di Asian Games 2018.
"Kita masih kurang literasi. Jadi kalau BEI melakukan sosialisais coba tolong sentuh juga investasi dengan nasionalisme. Kalau pendekatan logika itu sulit bagaimanapun pasti orang ingin paling aman itu pasti ke depsiyo dan tabungan," ujarnya.
Saksikan juga video 'Penyebab Rupiah dan Mata Uang Dunia Melemah':
(das/dna)