Mengutip data perdagangan Reuters, Kamis (27/9/2018), pagi ini dolar AS tercatat berada di level 14.895. Sore kemarin, posisi mata uang Negeri Paman Sam ini juga ada di level 14.896.
Dolar AS sempat bergerak ke level tertinggi di 14.926. Di awal pekan kemarin, dolar AS tertinggi di Rp 14.910, dolar AS juga sempat sentuh level terendah ke Rp 14.830.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Menguat 11 Poin, IHSG Dibuka di Level 5.884 |
Adanya antisipasi atas potensi kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan terjadi pekan ini turut menjadi salah satu sentimen. Di IHSG, pelaku pasar asing membukukan aksi beli bersih (Netbuy) sebesar Rp 587 miliar.
Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan ada beberapa hal yang menyebabkan nilai rupiah tertekan dari dolar AS. Menurut dia, saat ini investor memilih untuk waspada di awal pekan perdagangan ini setelah China membatalkan rencana negosiasi dagang dengan pemerintah AS pada akhir pekan lalu.
"Statement Presiden AS Donald Trump soal tarif US$ 200 miliar barang China membuat kondisi makin memburuk. China diperkirakan akan membalas dengan US$ 60 miliar barang AS," kata Lukman dalam keterangannya.
Baca juga: Hari Ini BI Diprediksi Naikkan Bunga Acuan |
Dia mengungkapkan, walaupun sentimen pasar tetap sangat dipengaruhi oleh perkembangan situasi dagang global, fokus cukup besar juga akan tertuju pada rapat The Fed pekan ini. Suku bunga AS diprediksi akan ditingkatkan di bulan September dan mungkin ditingkatkan kembali untuk keempat kalinya di bulan Desember.
Kenaikan suku bunga mendatang ini sudah sangat diperhitungkan dalam harga saat ini, namun masih dapat memicu arus keluar modal dari pasar berkembang, termasuk Indonesia.
Lukman menjelaskan, Bank Indonesia pekan diperkirakan akan meningkatkan suku bunga untuk kelima kalinya sejak pertengahan bulan Mei.
"Kenaikan suku bunga mungkin dapat membantu rupiah, namun penurunan berulang kali dalam beberapa pekan terakhir memastikan bahwa rupiah tetap tertekan oleh berbagai faktor eksternal," ujar dia.
Selanjutnya Ketegangan dagang AS-China memicu ketidakpastian dan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed mendukung Dolar AS sehingga rupiah tetap rentan mengalami kejutan negatif. (zlf/eds)