Sementara itu data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Rp 15.133. Menanggapi rupiah yang makin keok lawan dolar AS, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan penguatan dolar AS terhadap rupiah jangan dilihat dari levelnya.
"Jangan dilihat levelnya. Masih aman, yang penting supply and demand-nya masih jalan. Sektor perbankannya masih kuat, capital adequacy ratio (CAR) masih di atas 20%," kata Mirza di Gedung BI, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Mirza dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang harus diperhatikan adalah volatilitasnya. Menurut Mirza Indonesia sudah pernah mengalami volatilitas seperti saat ini pada 2013.
"Saat itu dari Rp 10.000 ke Rp 11.000 lalu jadi Rp 12.000, kemudian jadi Rp 13.000. Tapi sekarang juga tak hanya di Indonesia, India juga mengalami seperti itu, kemudian Filipina, Meksiko, Brasil dan Afrika Selatan juga mengalami," terang Mirza.
Dia menambahkan di negara maju yang suku bunganya lebih rendah dari AS juga mengalami pelemahan kurs, contohnya Australia.
"Jadi yang penting itu supply and demand berjalan dengan baik, inflasi terjaga dengan baik. Jadi, jangan terpaku pada level," tutur Mirza. (kil/hns)