Taklukan Dolar AS, Rupiah Perkasa di Asia

Taklukan Dolar AS, Rupiah Perkasa di Asia

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Sabtu, 24 Nov 2018 10:40 WIB
Taklukan Dolar AS, Rupiah Perkasa di Asia
Foto: Muhammad Ridho
Jakarta - Rupiah berhasil menguat seharian pada Jumat (23/11/2018) kemarin. Rupiah berhasil menekan sejumlah mata uang negara utama di dunia, seperti poundsterling, euro, dolar Amerika Serikat (AS) hingga China yuan.

Bahkan, dolar AS bahkan sempat tertekan hingga ke level di bawah Rp 14.500. Meski hanya bergerak di rentang Rp 14.500-an, namun rupiah berhasil menjadi juara dalam sehari.

Posisi dolar AS sendiri sedang kurang menguntungkan. Tak cuma di Asia, mata uang Negeri Paman Sam juga tengah tertekan secara global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari sejumlah data-data, Bank Sentral AS The Fed diprediksi tak bakal terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Pasalnya ekonomi AS ternyata belum berlari secepat perkiraan lantaran masih ada hambatan di sana-sini.

Lalu bagaimana pergerakan rupiah terhadap mata uang sejumlah negara utama di Asia dan dunia kemarin? Berikut informasi selengkapnya
Nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah terus melemah dari pagi hingga tengah hari. Pada sesi I perdagangan, nilai tukar mata uang Paman Sam tersebut berada di angka Rp 14.504.

Dikutip dari data perdagangan Reuters, Jumat (23/11), harga jual dolar AS di pasar spot berada pada level Rp 14.530. Sedangkan harga beli ditawarkan pada level Rp 14.504.

Rupiah sendiri menunjukkan grafik penguatan sepanjang hari. Rupiah terus berotot, bergerak dari level 14.575 hingga 14.494 atau naik 81 poin (0,55%).

Dari data RTI, dolar AS terpantau melemah terhadap sejumlah mata uang. Di antaranya Korean Won, Japanese Yen, Indian Rupee, Phippine Peso hingga Hong Kong Dollar.

Sementara Australian Dollar, New Zealand Dollar, Canadian Dollar, Chinese Yuan hingga Taiwanese Dollar jadi mata uang yang tunduk terhadap dolar AS.

Mengutip data perdagangan di RTI, penguatan rupiah terhadap dolar AS tercatat yang paling tinggi di Asia. Rupiah menguat hingga 114 poin (0,78%) mengungguli mata uang Korea, India, Filipina, Jepang, Thailand, Hong Kong, Malaysia hingga Singapura.

Sementara Australian Dollar, New Zealand Dollar, Canadian Dollar, Chinese Yuan hingga Taiwanese Dollar jadi mata uang yang tunduk terhadap dolar AS.

Dari data RTI, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah berada pada level 14.523 atau menguat 114 poin. Di bawahnya ada Korean Won yang berhasil menguat 1,8 poin, menyusul Indian Rupee yang menguat 0,05 poin, Philippine Peso 0,04 poin, Japanese Yen 0,03 poin, dan Thailand Baht 0,01.

Ditarik dalam 5 hari ke belakang, nilai tukar dolar AS terpantau tak menunjukkan gejolak yang tinggi terhadap rupiah. Pergerakan dolar AS justru cenderung melemah hingga ke bawah level Rp 14.500.

Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama Asia hingga pukul 12.15 WIB:

USD/IDR 14.524, menguat 0,77%
USD/KRW 1.131,10, menguat 0,17%
USD/INR 70.649, menguat 0,07%
USD/PHP 52.280, menguat 0,08%
USD/JPY 112,90, menguat 0,03%
USD/HKD 7,825, menguat 0,06%
USD/MYR 4,194, menguat 0,01%
USD/CNY 6,931, melemah 0,12%
USD/TWD 30.901, melemah 0,06%

Rupiah menguat terhadap sejumlah mata uang negara lainnya hari ini. Tak cuma berhasil mengungguli dolar Amerika Serikat (AS), rupiah juga perkasa terhadap sejumlah mata uang negara lainnya.

Dikutip dari data RTI, Jumat (23/11/2018), hingga pukul 15.15 WIB, Rupiah tercatat berhasil mengungguli mata uang negara-negara besar. Tiga mata uang yang paling tertekan terhadap Rupiah di antaranya British Pound (GBP), Euro (EUR) dan US Dollar (USD).

Terhadap Poundsterling, rupiah tercatat menguat 147 poin (0,78%) ke level Rp 18.696. Selanjutnya terhadap rupiah berhasil menguat 105 poin (0,6%) terhadap Euro ke level Rp 16.584. Sementara terhadap USD, rupiah berhasil menguat 101 poin (0,6%) ke level Rp 14.540.

Rupiah juga berhasil menguat terhadap sejumlah mata uang lainnya. Secara berurutan dari yang terkuat mulai dari Swiss Franc, Canadian Dollar, Australian Dollar, Singapore Dollar, Malaysian Ringgit hingga Chinese Yuan.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan tekanan dolar AS ke rupiah memang sudah mereda. Ini terjadi karena normalisasi kebijakan di AS sudah mulai mereda.

"Tensi di AS sudah makin rendah, memang kalau terlalu kencang akan berimbas ke negara berkembang seperti yang sudah terjadi di Argentina, Turki hingga Venezuela," kata Wimboh di kompleks BI, Jakarta, Jumat (23/11/2018).

Wimboh mengungkapkan hingga akhir tahun dolar AS bisa berada di kisaran Rp 14.500-14.600 merupakan angka yang baik. "Saya kira level rupiah saat ini bisa bertahan hingga akhir tahun dan normal," ujar dia.

Dia menambahkan, negara berkembang memang harus waspada dengan aliran modal asing yang keluar dari negaranya. Karena aliran modal keluar ini akan mempengaruhi perekonomian.

Hide Ads