Untuk mengatasi hal itu, perusahaan penyedia jasa teknolgi informasi itu akan menghapus seluruh utang berdenominasi dolar AS.
"Memang (kuartal ketiga) tahun ini kami mengalami kerugiaan kurs. Kami masih punya utang dollar AS, maka tahun ini juga akan kami lunasi. Sehingga, tahun depan tidak mempunyai utang dolar lagi," kata Direktur ATIC, Hendra Halim di Gedung BEI Jakarta, Selasa (4/11/2018)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dolar AS Menguat ke Rp 14.275 |
Meski rupiah mulai membaik, namun perseroan memperkirakan fluktuasi kurs masih akan terjadi di 2019. Sehingga emiten berkode ATIC ini merasa yakin untuk melunasi seluruh utang berdenominasi dolar AS.
Untuk melunasi utang tersebut, perusahaan akan menggunakan dana dari penerbitan obligasi maupun kas internal. "Kemarin sudah corporate action dengan menerbitkan obligasi. Pelunasan utang juga akan bersumber dari kas internal," tambahnya.
Pada kuartal III-2018, ATIC mengalami penurunan laba bersih sebesar 51% menjadi Rp 17 miliar. Padahal penjualan bersih naik 19% jadi Rp 3,73 triliun. Hal itu disebabkan adanya rugi selisih kurs sebesar Rp 16 miliar.
Dari sisi utang, total liabilitas perusahaan naik 25% menjadi Rp 3,06 triliun. Kenaikan utang itu lantaran adanya penambahan pinjaman dan utang obligasi sebesar Rp 551 miliar. (das/dna)