Direktur utama BNBR Bobby Gafur Umar menjelaskan restrukturisasi dilakukan untuk memperbaiki kinerja perseroan.
"Awal tahun 2019 restrukturisasi sudah akan dimulai," kata Bobby dalam paparan di Bakrie Tower, Rabu (5/12/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan tahun depan restrukturisasi utang sedang dalam proses. Yakni Rp 100,4 miliar dari perusahaan Daley Capital Ltd. Kemudian dari Mitsubishi Corporation RtM Japan Ltd Rp 2,91 triliun. Lalu dari Levoca Enterprise Rp 9,38 triliun.
"Ada yang masih dalam tahap negosiasi Rp 1,84 triliun dari Eurofa Capital Investment. Kemudian Glencore International AG Rp 6,3 triliun. Jadi total Rp 8,2 triliun," imbuh dia.
Bobby menyampaikan perusahaan menanggung utang yang besar sehingga bunga yang dibayarkan juga besar. Hingga saat ini utang ditambah bunga jika dijumlahkan menelan biaya hingga Rp 1 triliun per tahun.
Dia melanjutkan, proses penyelesaian utang ini tidak mudah sebab butuh negosiasi yang cukup panjang dengan para kreditur.
"Kami nggak gampang ini, nego dengan begitu banyak kreditur, awalnya minta dibayar cash, akhirnya di jalan tengah bagaimana perusahaan ini bisa selamat sehingga bisa menyelesaikan kewajiban," ujarnya.
Setelah diskusi panjang, dia bilang, cara terbaik menyelesaikan utang ialah menghapus utang dan bunga. Caranya, ialah dengan dua skema itu yakni utang konversi saham dan OWK. "Setelah kita didiskusikan yang paling bagus menghilangkan buku dari beban-beban bunga. Kedua, mengurangi liabilitas di neraca, nanti ada tahap berikutnya, tapi intinya kesepakatan sudah dibicarakan. Yang terbaik debt to equity convertion dan penerbitan OWK obligasi wajib konversi yang selama 5 tahun ke depan dengan harga yang disepakati yaitu harga Rp 64," tutupnya.
Tonton juga 'Serikat Buruh Nilai BUMN Lebih Modern, Bisa Cari Modal Sendiri':