Mengutip laman resmi www.hero.co.id supermarket ini dibuat oleh M.S Kurnia. Ia lahir pada 1 Desember 1934 di Sukabumi. Ia sangat gigih, waktu kecil ia bekerja menjual makanan.
Hingga pada 1954 Kurnia bersama kakak laki-lakinya, Wu Guo Chang mendirikan Commanditaire Vennootschap (CV) bernama Hero. Pada 1970 Kurnia pergi ke Singapura untuk survei ke beberapa supermarket.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun 70an, kebanyakan supermarket tutup pada Minggu dan liburan. Ia melihat ini sebagai peluang, ia tetap membuka Hero dan mendapat respon yang baik dari pelanggan. Kesuksesan Hero ditiru toko lain. 'Semua harus ada percobaan pertama. Tanpa itu akan sulit mengetahui apakah ini akan bekerja atau tidak' itulah prinsip Kurnia.
Memasuki tahun 1990 Hero Group telah meningkatkan modal dan menjadi perusahaan yang cukup besar. Hingga akhirnya Hero Intial Public Offering (IPO). Setelah mempelajari peraturan dan kondisi keuangan, Hero memenuhi syarat secara keuangan.
Baca juga: HERO Tutup 26 Toko dan PHK 532 Karyawan |
Hero memenuhi kriteria untuk IPO. Pada 1989, Hero menjual saham 15% di Bursa Efek Jakarta. Tanpa disangka, penganalisa investasi mengatakan bahwa Hero adalah perusahaan dengan performa yang cepat. Pengamatan ini mempunyai efek yang positif terhadap Hero Group, dan akhirnya meningkatkan harga saham nya.
Saat Hero Group berkembang. M.S Kurnia meninggal pada 10 Mei 1992. Istri Kurnia, Nurhajati sempat bingung, tidak percaya diri untuk melanjutkan bisnis Hero setelah ditinggal Kurnia.
Akan tetapi, Nurjahati mengingat pesannya, "Sampai tahun 2000, apabila Tuhan memberkati, mungkin kita bisa mencapai 100 cabang." Sekarang, dia menjadi kuat.
Saat melaksanakan IPO pada 1989, Hero dicatat mempunyai 26 Supermarket dan 3000 penyedia barang (300 di antaranya produser besar). Lima tahun kemudian, pada 1994 atau dua tahun setelah Kurnia meninggal, Hero Supermarket telah berkembang menjadi 56 supermarket. Sangat menakjubkan!
Maka itu, Hero dicatat sebagai perusahaan ritel di Indonesia yang berada sama level dengan skala multinasional. Rintangan yang dihadapi semakin sulit. Hero Group harus mampu bertahan dalam menghadapi kompetisi. "Kita harus melawan dengan harga, lokasi supermarket, strategi marketing, kualitas produk, pelayanan dan kenyamanan, dibandingkan dengan pesaing-pesaing," kata Nurjahati.
Setelah IPO pada 1990, Hero Group menjadi member dari ARAN (Asian Retail Affiliation Network). Maka dari itu, Hero Group bisa melakukan aktivitas bisnis dan bekerja sama dengan ritel besar di Asia.
Guardian dibuka di Indonesia pada tahun 1990. Lalu pada 1 July 1991, Starmart dibuka. Sementara untuk Hero Supermarket, setelah IPO telah diberikan dampak yang luar biasa. Bayangkan hampir setiap tahun, empat supermarket dibuka dengan tambahan 71 Hero Supermarket di seluruh Indonesia. Tahun 1996 adalah tahun puncak dimana Sembilan supermarket dibuka. Ini adalah pencapaian yang luar biasa pada saat itu.
Memasuki tahun 1998, Hero Group tidak bisa melarikan diri dari krisis keuangan. Selama kerusuhan Mei 1998, beberapa Hero Supermarket dibakar oleh penduduk. Untungnya, beberapa orang masih percaya dan mempunyai "rasa memiliki" kepada Hero.
Saat kerusuhan dan krisis selesai, ada 68 Hero Supermarket yang bertahan dan berjalan seperti biasa. Hero Group memiliki produk merek sendiri (Private Label). Dengan strategi ini, Hero mampu mendorong harga semenjak promosi dan harga kemasan telah dipotong tanpa menurunkan kualitas. Respons pelanggan luar biasa, mereka menjadi lebih cerdas.
Dalam pikiran mereka, harga untuk uang lebih diprioritaskan dalam berbelanja. Apabila mereka bisa mendapat kualitas yang sama, mereka tidak seharusnya membeli produk yang lebih mahal. Hero Group lagi-lagi menunjukkan kekuatannya. Melengkapi kesuksesan Hero Supermarket, bisnis Hero Group berkembang menjadi beberapa grup. Sampai 2000, Apotek Guardian mempunyai 38 cabang, Starmart minimarket mempunyai 26 cabang, Mitra Toko Diskon mempunyai 8 cabang dan banyak unit bisnis.
Kunci dari semua kesuksesan berada di perencanaan korporasi dan pelaksanaan perencanaan strategi. Pembaruan rencana dan strategi perlu dilakukan secara cermat, tidak statis dan pastinya relevan dengan kondisi ekonomi pada saat itu. Tidak bisa dihindari, Hero Supermarket harus bisa menangani situasi pasaran pada saat itu. Dengan perencanaan yang hati-hati dan strategi yang jelas, Hero bisa berkembang dalam situasi kompetitif.
Kemudian Hero juga melebarkan sayapnya dan berubah menjadi Giant untuk segmen Hypermarket. Giant Hypermarket pertama dibuka di Indonesia pada 2002, berlokasi di Villa Melati Tangerang. S
Di 2013, bisnis Giant menjalani perubahan identitas dari Giant Hypermarket dan Giant Supermarket menjadi Giant Ekstra dan Giant Ekspres. Perubahan ini juga diikuti dengan perubahan konsep dan pembedaan yang jelas antara kedua format tersebut, dimana Giant Ekstra akan menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan produk yang lengkap untuk kebutuhan bulanan konsumen dan Giant Ekpres akan menjadi pemimpin pasar dalam harga murah dengan pelayanan cepat untuk melayani kebutuhan mingguan konsumen.
Meyakini pertumbuhan demografi diperkotaan yang semakin berkembang ke arah hunian vertikal dibarengi terjadinya peningkatan penghasilan per kapita yang konsisten, HERO Group merealisasikan rencana kehadiran gerai furnitur berkelas global, IKEA.
Baca juga: Efisiensi Jadi Alasan Hero Tutup 26 Toko |
Kehadiran IKEA dengan jenis produk yang berbeda dengan gerai HERO Group selama ini menegaskan semangat kepeloporan dan menjadi pelengkap atas keberadaan dari gerai yang ada sebelumnya, tanpa ditandai adanya potensi pengalihan segmentasi pelanggan. Standar produk dan ragam produk yang berbeda dari potensial pesaing, dengan DNA layanan yang khas dari IKEA akan memberi diferensiasi terhadap pengalaman berbelanja kepada pelanggan setia HERO Group. Hero menyebut menghadirkan IKEA dengan kelengkapan standar yang prima, baik dari segi aksesabilitas maupun kelengkapan sarana dan prasarana fisik dari ritel furnitur kelas dunia.
Perseroan telah selesai melakukan divestasi pada bisnis convenience store Starmart pada Desember 2016 dengan jumlah toko yang ditransfer atau ditutup sebanyak 84 toko. Bersamaan dengan divestasi bisnis Starmart, HERO Group terus mendorong format Guardian, Hero Supermarket, Giant Ekstra dan Giant Ekspres dengan mengedepankan diferensiasi merek mereka untuk meraih peluang dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. (kil/fdl)