"Penguatan IHSG yang terjadi disebabkan oleh January Effect. IHSG sudah mengalami jenuh jual sepanjang tahun 2018 sehingga padatahun 2019 ini banyak investor institusional yang mulai kembali masuk ke Indonesia," kata Vice President Research Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali kepada detikFinance, Kamis (17/1/2019).
Lalu apa itu January Effect?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada siklus bulanan di mana biasanya di bulan-bulan tersebut harga-harga saham naik dan ada bulan-bulan di mana di bulan tersebut biasanya harga-harga saham turun. Siklus ini terus berulang selama bertahun-tahun walaupun tidak selalu pasti terjadi.
January effect sendiri adalah fenomena anomali pasar modal di mana harga-harga saham cenderung mengalami kenaikan pada dua pekan pertama di bulan Januari. Fenomena melonjaknya harga-harga saham ini disebabkan pada akhir tahun para investor maupun para fund manajer cenderung menjual saham-sahamnya untuk mengamankan dana atau merealisasikan capital gain serta untuk mengurangi beban pajak mereka.
Memasuki awal tahun, para investor, maupun para fund manager akan kembali lagi ke market dengan dana, optimisme, serta analisis outlook terbaru mereka. Analisis tersebut tentunya sudah memproyeksikan harga saham yang sudah tidak lagi memakai data tahun lalu dan biasanya proyeksi harga saham cenderung akan lebih tinggi lagi.
Pada momen ini biasanya para investor mulai kembali melakukan aksi pembelian. Pada pekan pertama hingga ketiga bulan Januari, biasanya rally cukup tinggi. Namun pada pekan keempat Januari, para investor mulai melakukan profit taking sehingga biasanya indeks mengalami koreksi hingga pertengahan Februari.
Fenomena January effect ini memang terbukti terjadi sejak puluhan tahun yang lalu di dunia termasuk di Indonesia. Namun apabila kita me-review beberapa tahun ke belakang, fenomena Januari effect ini kadang terjadi kadang juga tidak.
Pada tahun 2008 yang lalu krisis Subprime Mortgage di AS berimbas pada tiadanya January effect tahun 2009, kemudian pada tahun 2010 lalu January effect tidak terjadi akibat dari masalah penyelesaian krisis di AS.
Pada tahun 2011 January effect juga terganggu oleh adanya masalah krisis Uni Eropa. Pada tahun 2012 January Effect cukup nampak pada 3 minggu pertama bulan Januari. Demikian pula tahun 2013 ini, January Effect nampak dengan adanya rally saham-saham di sektor konstruksi dan property.
"Sejatinya dalam market share yang sangat dinamis segala kemungkinan bisa saja terjadi. Alangkah baiknya jika fenomena-fenomena seperti January effect ini tidak dijadikan sebagai pedoman utama atas keputusan investasi Anda," tulis riset Ellen May. (das/zlf)