Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI Fitri Hadi mengatakan, saat ini untuk menarik masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal permasalahannya memang di pembukaan rekening. Kebanyakan masyarakat awam malas untuk membuka rekening karena dianggap rumit.
"Memang bottle neck di kita itu di buka (pembukaan) rekeningnya. Orang masih malas. Kalau di daerah itu butuh waktu 14 hari. Itu agak susah," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (24/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kita siapkan cloud-nya. Sehingga sekuritas yang tidak mau investasi perangkat IT bisa sewa di situ. Karena mereka dilema, bisnis inti dia kan ekuitas, kalau harus investasi ada depresiasi aset, atau SDM-nya tidak banyak," tambahnya.
Ftri menjelaskan, nantinya pembukaan rekening efek melalui smartphone hampir mirip dengan pendaftaran di fintech pada umumnya. Proses verifikasi dilakukan melalui smartphone.
"Jadi bisa pakai rekening. Nanti mereka bisa selfie, foto KTP-nya. Sekarang piloting dulu, OJK mau lihat. Kalau sudah final, kita dorong semua perusahaan sekuritas," tambahnya.
Namun, BEI akan mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa fintech. BEI akan mengeluarkan aturan agar aplikasi pembukaan rekening efek dibatasi akses data nasabahnya.
"Misalnya nanti setelah download aplikasi jangan setuju-setuju saja. Nanti kita batasi tidak boleh akses phonebook atau foto. Jadi hanya dari foto KTP saja. Kita akan buat aturannya," tegas Fitri.
Saat ini pihaknya masih menyempurnakan sistem aplikasi pembukaan rekening efek tersebut. Diharapkan pada kuartal II tahun ini sistem itu bisa diluncurkan.