Niat Sandi mengembalikan kekuasaan pemerintah di Indosat dianggap perlu kajian yang lebih jelas. Pasalnya saat ini kondisi perusahaan telekomunikasi yang mempelopori GPRS tersebut tengah merugi.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Ace Hasan Syadzily.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga harus melihat kondisi perusahaan Indosat jangan sampai jadi beban negara. Kan harus ada pertimbangan yang rasional. Apalagi BUMN kita lainnya dari perusahaan telekomunikasi lebih sehat sekarang ini," jelas politisi Golkar tersebut.
Ace sendiri menilai ungkapan janji Sandi membeli kembali saham Indosat hanya sekedar sindiran. Dia meyakini, kapasitas Sandi sebagai seorang pengusaha mestinya tahu kapan waktu yang tepat melakukan aksi korporasi seperti ini.
"Dia menyindir dengan mengatakan demikian. Padahal sebagai pengusaha Pak Sandi juga mempertimbangkan keuntungan dari perusahaan yang secara ini merugi. Harus dikalkulasi juga," kata Ace.
Jokowi sendiri kata Ace belum menganggap pembelian kembali saham Indosat saat ini belum prioritas. Yang pasti, pemerintah akan berusaha mengandalkan BUMN-BUMN yang ada saat ini untuk bisa tetap melaksanakan fungsinya sebagai agen pembangunan di Indonesia sesuai amanat konstitusi.
"Kita juga harus pertimbangkan aspek kelayakan sebuah perusahaan kenapa kita harus beli. Kalau memang perusahaan tersebut belum sehat, jangan sampai jadi beban negara. Ya silakan saja punya janji seperti itu, tapi harus ada pertimbangan yang rasional," katanya.
Seperti diketahui pada akhir 1990-an, Indosat menjadi perusahaan telekomunikasi internasional pertama yang dibeli dan dimiliki 100% oleh Pemerintah Indonesia. saham Indosat kemudian dibeli oleh Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) sebanyak 41,94% pada 2002 silam.
Selanjutnya pada 2008 saham Indosat secara tidak langsung diakuisisi oleh Qatar Telecom (Qtel) Q.S.C. (Qtel) melalui Indonesia Communications Limited (ICLM) dan Indonesia Communication Pte. Ltd. (ICLS) sejumlah 40,81%.
Kemudian Qtel membeli saham seri B sebanyak 24,19% dari publik sehingga menjadi pemegang saham mayoritas Indosat dengan kepemilikan sebesar 65% pada 2009. Dengan demikian Qtel atas nama Ooredoo Asia Pte. Ltd. (dahulu Qtel Asia Pte. Ltd.) sampai saat ini menguasai 65% saham Indosat.
Simak juga video Menkominfo Enggan Komentari soal Indosat Ooredoo: