Drajad bilang, Indosat strategis bagi Indonesia. Prabowo-Sandi berniat menunaikan janji tersebut.
"Peluangnya ada. Pertama, kinerja keuangan dan harga saham Indosat belum sesuai harapan. Jadi bisa saja pihak Qatar (Ooredoo Asia / Qtel) sebagai pemegang 65% saham ISAT ingin cut loss atau risk sharing," katanya kepada detikFinance dalam keterangan tertulis, Kamis (21/3/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketiga, dalam aksi korporasi seperti M&A dan lain-lain, sering kali faktor non-korporasi berperan penting. Entah itu hubungan baik, kepentingan strategis dan sebagainya. Qatar sekarang sedang diisolasi oleh negara-negara Teluk lainnya. Ini peluang strategis yang bisa dimanfaatkan Indonesia," jelas Drajad.
Lebih lanjut, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut tak merasa buyback saham Indosat akan jadi beban negara. Dia membandingkan dengan kasus divestasi Freeport, di mana saham hasil konversi hak partisipasi Rio Tinto yang dibeli Inalum sebesar 40% lebih mahal dari saham eks Indocopper.
"Nilai kemahalannya sekitar Rp 14 triliun. Beli Freeport kemahalan Rp 14 triliun tidak disebut beban atau kerugian negara. Buyback Indosat yang mungkin harganya di bawah 'nilai kemahalan' Freeport yang Rp 14 triliun, dibilang beban negara. Aneh kan?" tutupnya.