"Saran dari IAPI agar direksi Garuda memperbaiki laporan keuangan tahun 2018 lalu," kata Ketua Umum IAPI Tarkosunaryo kepada detikFinance, Jumat (14/6/2019).
Tarko menjelaskan, kesalahan dari laporan keuangan GIAA 2018 adalah memasukkan transaksi kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi. Menurutnya kerja sama yang baru diteken pada Desember 2018 dan bersifat piutang itu, belum bisa masuk dan diakui sebagai pendapatan di laporan keuangan 2018.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, masih ada hal-hal krusial yang harus dilakukan Garuda dulu sebelum mengakui piutang itu sebagai pendapatan. Pertama alat koneksi internet itu harus sudah terpasang di pesawat Garuda.
"Kedua, izin dari Airbus dan Boeing harus keluar," tambah Tarko.
Ketiga, karena alat-alat dan layanan dari Mahata ditempatkan pada pesawat Garuda, maka masih banyak hal yang sifatnya kontinjensi. Kontijensi adalah kondisi masih tidak adanya kepastian diperolehnya keuntungan.
"Sukses atau tidaknya skema bisnis tersebut masih tergantung pada hal-hal tersebut," terangnya.
Menurut catatan Tarko, pada akhir Desember 2018 baru 1 pesawat yang dipasangkan koneksi Wifi oleh Mahata. Itu artinya hanya baru 1 pesawat yang bisa menghasilkan pendapatan.