Direksi Dirombak, Saham Garuda Bisa Terbang Setinggi Apa Ya?

Direksi Dirombak, Saham Garuda Bisa Terbang Setinggi Apa Ya?

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 12 Des 2019 12:42 WIB
Foto: Istimewa/Garuda Indonesia
Jakarta - Pelaku pasar modal menyambut baik perombakan direksi PT Garuda Indonesia Tbk yang sebelumnya dipimpin Ari Askhara. Buktinya belakangan ini saham GIAA cenderung menguat.

Hingga penutupan sesi I siang ini saham GIAA tercatat naik 1% ke posisi Rp 505. Frekuensi transaksi GIAA hingga siang ini sudah 613 kali. Lalu sebanyak 3,87 juta lembar saham berpindah tangan dengan nilai Rp 1,97 miliar.

Para analis pasar modal menilai penguatan saham GIAA disebabkan perombakan direksi yang merupakan buntut dari skandal penyelundupan Harley-Davidson dan Brompton. Pelaku pasar menaruh harapan besar adanya perubahan pengelolaan perusahaan yang lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu kira-kira sampai setinggi apa saham GIAA akan terbang?

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, para pelaku pasar berharap manajemen yang baru akan menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dengan baik. Dengan begitu diharapkan kinerja fundamental keuangan perusahaan juga akan membaik.

Nafan memprediksi saham GIAA masih akan terus melambung jika harapan itu benar terjadi. Secara jangka panjang dia prediksi saham GIAA bisa mencapai Rp 725 atau 43% lebih tinggi dari posisi saat ini.

"GIAA berpotensi menuju ke level Rp 725 dalam estimasi jangka panjang," katanya kepada detikcom, Kamis (12/12/2019).



Sementara Analis Artha Sekuritas Nugroho Rahmat Fitriyanto memberikan prediksi secara jangka pendek. Dia melihat saham GIAA bisa mencapai Rp 550 per lembar dalam waktu dekat yang juga didorong faktor musiman bisnis maskapai.

"Secara musiman di Desember jumlah penumpang lebih banyak 13,4% dibanding bulan-bulan lainnya di mana hal ini bisa menjadi sentimen positif," ucapnya.

Menurutnya manajemen yang telah ditendang memang terbilang cukup berhasil dalam menaikkan harga tiket dan membawa keuangan Garuda positif dari awal tahun ini.

Namun hal itu bukan hanya karena manajemen, tapi ada kaitannya dengan pasar penerbangan yang cenderung oligopoli di Indonesia. Terutama untuk penerbangan domestik.

"Jadi ke depan saya lihat manajemen baru, selama mereka bisa maintain pangsa pasar yang mereka miliki di Indonesia, risiko penurunan passenger yield itu kecil," ucapnya.

Lagi pula, kasus penyelundupan yang menyeret manajemen lama dilihat pasar sebagai potensi pendapatan yang hilang dari sisi bisnis kargo. Kesempatan itu justru diambil untuk memenuhi keuntungan pribadi.

"Jadi harusnya dengan manajemen baru yang lebih bersih, selama kondisi yang baik ini bisa di-maintain, persepsi pasar ke GIAA masih akan baik," tutupnya.




(das/eds)

Hide Ads