Pasar Saham Asia Terguncang Geger World War 3

Pasar Saham Asia Terguncang Geger World War 3

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 03 Jan 2020 18:30 WIB
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - Harga saham di bursa di Asia anjlok pada Jumat (3/1/2020). Hal itu dipicu gegernya potensi perang dunia atau world war 3 menyusul kabar seorang komandan militer Iran tewas dalam serangan udara AS di Baghdad seperti diberitakan TV Irak.

Pentagon kemudian mengkonfirmasi bahwa dia dibunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS. Seperti dilansir dari CNBC, pasar saham di Asia tertekan karena investor menimbang dampak dari meningkatnya ketegangan di Timur Tengah tersebut.

Indeks Hang Seng di Hong Kong tergelincir sekitar 0,2%, pada jam terakhir perdagangannya, dengan saham HSBC menurun 0,57%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Saham-saham perusahaan yang tercatat di pasar modal mainland China bergerak variatif pada hari ini. Indeks saham komposit Shanghai juga ditutup sedikit lebih rendah sekitar 3.083,79. Komposit Shenzhen 0,267% lebih tinggi sekitar 1.760,85.

Di tempat lain, indeks saham Kospi Korea Selatan ditutup sedikit lebih tinggi pada 2.176,46.

S & P / ASX 200 Australia naik 0,64% menjadi ditutup pada 6.733,50, dengan semua sektor di zona positif.

Saham perusahaan minyak regional mengalami kenaikan di tengah ketegangan Timur Tengah. Santos di Australia naik 2,31%, sementara Beach Energy melonjak 3,17%. Saham PetroChina dan CNOOC yang terdaftar di Hong Kong juga melonjak masing-masing 3,05% dan 1,85%.

Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang lebih rendah 0,12%.


Sebagai informasi, pasca peristiwa tewasnya seorang komandan militer Iran, World War 3 menempati posisi 3 trending topic di Twitter wilayah Indonesia dan WWIII ada di posisi kesembilan. Untuk wilayah dunia, Iran dan World War 3 menempati ranking pertama dan kedua.

Melesatnya topik dengan jutaan tweet sudah diposting itu adalah imbas pembunuhan Komandan Garda Revolusi Iran, Mayor Jenderal Qasem Soleimani, dalam serangan di Bandara Baghdad, Irak. Serangan lewat drone dilakukan militer Amerika Serikat atas perintah Presiden AS Donald Trump.


(toy/dna)

Hide Ads