Pelemahan euro ini disinyalir karena ekspektasi pelaku pasar terhadap kenaikan suku bunga oleh bank sentral euro/European Central Bank (ECB) memudar, yang membuat nilai tukar euro terus tertekan.
Mengutip Refinitiv, akibatnya euro mengakhiri perdagangan Senin di Rp 14.935,79/EUR, menjadikannya terlemah 0,16% di pasar spot. Level ini merupakan yang terlemah sejak Juni 2017 silam.
Sepanjang tahun ini pun, rupiah terus menguat melemahkan euro hingga lebih dari 4%. Sementara pada hari ini, Selasa (11/2/2020), pukul 9:51 WIB, euro melemah 0,05%, di level Rp 14.928,96/EUR.
Euro juga ikut merunduk 0,31% ke US$ 1.0909 Senin melawan dolar AS, hingga awal tahun ini euro terus terpuruk 2,7%. Namun, pagi ini euro sedikit menguat 0,04% ke US$ 1,0913. Hal ini didasari karena ekonomi zona euro yang memburuk.
Selain itu, penyebaran virus corona masih menjadi isu utama pasar finansial hingga hari ini. Berdasarkan data dari ArcGis, total korban meninggal akibat virus corona kini menjadi 1.016 orang, dan telah menjangkiti lebih dari 43.000 orang di berbagai negara.
Perlambatan ekonomi kini menghantui pasar global, hasil riset S&P menunjukkan pertumbuhan ekonomi China bisa terpangkas 1,2% akibat virus corona. Negara-negara lain tentu akan ikut terseret arus buruknya ekonomi.
Berdasarkan data Jumat pekan lalu, Destatis melaporkan produksi industri Jerman bulan Desember turun 3,5% month-on-month (MoM). Penurunan tersebut merupakan yang terbesar dalam dalam satu dekade terakhir.
Sebagai motor penggerak ekonomi Eropa, Jerman juga terancam mengalami perlambatan ekonomi ini, sebab tingkat ekspor yang diprioritaskan oleh Jerman ikut terpukul ketika ekonomi China melambat.
Hal itu bisa terlihat saat perang dagang AS-China sudah menunjukkan bagaimana Jerman terpukul, bahkan sempat terancam mengalami resesi pada tahun lalu. Dampaknya, kurs euro terus terpuruk.
(dna/dna)