Berdasarkan data yang dipaparkan Josua, terlihat bahwa rupiah melemah sebesar 3,16% dibandingkan akhir tahun lalu (year to date/ytd). Pelemahan ini bukanlah yang paling dalam dibanding negara-negara lain. Bahkan ada dolar Singapura yang pelemahannya mencapai 3,38%. Lalu, ada won Korea Selatan yang melemah hingga 4,8% dan yang paling besar adalah baht Thailand hingga 5,05%.
"Penutupan kemarin, kita melemah sekitar 3% dibandingkan akhir tahun lalu. Tapi kalau dilihat di sini Singapore Dollar itu melemah lebih dalam hampir 3,4%, Yuan Korsel juga melemah menjadi hampir 5%, Thailand bahkan sudah sampai 5%, jadi bukan rupiah sendiri yang melemah," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, bagaimana bisa wabah virus corona mempengaruhi nilai tukar sebuah negara?
Josua menerangkan bahwa hal itu memungkinkan karena di tengah ketidakpastian seperti ini, biasanya investor cenderung melarikan asetnya pada aset-aset yang lebih aman (safe haven) seperti dolar Amerika Serikat (AS).
"Karena memang tren pola investasinya larinya ke safe haven seperti AS, Japan, Swiss Franc," katanya.
Meski demikian, Josua bilang tren ini hanya terjadi sementara, dan dalam waktu dekat rupiah akan kembali menguat.
"Dan sekali lagi karena ini semua dipengaruhi oleh faktor sentimen, ini bersifat sementara, jadi tidak akan bertahan level ini dan karena level fundamental kita selama ini, mestinya rupiah bisa menguat lagi," pungkasnya.
(ara/ara)