IHSG Anjlok Tajam, Analis: 2008 Lebih Parah

IHSG Anjlok Tajam, Analis: 2008 Lebih Parah

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 13 Mar 2020 13:13 WIB
Karyawan mengamati layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (29/09/2014). IHSG berhasil bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan. Indeks itu ditutup pada level 5.142,01 atau rebound 0,18%,Sektor keuangan menjadi pendorong indeks dengan kenaikan 0,77%.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5%. Trading halt itu terjadi pada pukul 09.15.33 waktu JATS, Jumat ini (13/3/2020).

Lalu, apakah kondisi ini adalah yang terparah dalam sejarah bursa saham Indonesia?

Menurut Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee, penghentian perdagangan di BEI sebenarnya bukan yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada 2008 kondisi serupa juga memukul pasar saham Indonesia.

"Kita pernah melewati krisis 2008, itu juga market kan parah banget, itu juga sangat-sangat parah sekali," kata Hans kepada detikcom, Jumat (13/3/2020).

Pada 8 Oktober 2008, Indonesia pernah menghentikan sementara perdagangan di BEI sebab saat itu IHSG anjlok bahkan hingga 10,38% atau 168 poin ke posisi 1.451. Periode itu kemudian dikenal sebagai Black Wednesday.

Untuk itu, bila melihat dari dampaknya, sebenarnya, kondisi pasar saham saat ini tidak separah periode sebelumnya.

"Sekarang ini market-nya sih banyak mengedepankan kepanikan dan ketakutan ya, kalau dibilang dampaknya lebih bahaya yang 2008 ya karena waktu itu Amerika Serikat juga menghadapi krisis yang sama dan terbesar kedua di dunia sesudah 1930, jadi ikut terimbas ke Indonesia," paparnya.

Meski bukan yang terparah dan dampaknya tak sebesar Black Wednesday, pemerintah dan publik tetap diminta waspada untuk menetralisir kembali kondisi ini.

"Harus tetap menetralisir dampak ekonomi dari masalah ini, jadi seluruhnya bekerja keras menanggulangi dampak ekonomi saat ini," imbaunya.

Langkah yang tepat agar Indonesia keluar dari keterpurukan ekonomi tersebut adalah dengan mengantisipasi virus corona sebaik mungkin seperti yang telah dilakukan negara lain seperti China.

"Kita bisa lihat bahwa Tiongkok berhasil keluar dari masalah ini dan sekarang mulai membangkitkan negaranya, jadi metode yang tepat ya dengan mengantisipasi virus ini, itu yang bisa membawa negara keluar dari masalah (ekonomi)," pungkasnya.


(dna/dna)

Hide Ads