Langkah ini rupanya memberi efek positif bagi kinerja industri terkait salah satunya industri semen. BUMN produsen semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk misalnya, berhasil mencatat perolehan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,39 triliun.
Direktur Utama Semen Indonesia, Hendi Prio Santoso mengatakan perseroa mampu menjaga kinerja dengan mencatatkan EBITDA margin sebesar 21,5%, atau meningkat 0,1% dari tahun sebelumnya.
"Pertumbuhan EBITDA Margin ini berasal dari berbagai inisiatif strategis yang dilakukan Perseroan, mulai dari integrasi Solusi Bangun Indonesia (SBI), optimalisasi fungsi strategis di bidang marketing, supply chain, procurement, dan berbagai langkah cost transformation perseroan," tuturnya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/3/2020).
Laba bersih perseroan di 2019 itu tercatat turun 23,2% dibandingkan laba bersih di tahun 2018. Penurunan laba bersih ini disebabkan karena peningkatan beban keuangan dalam proses akuisisi SBI.
Hendi mengatakan perseroan telah melakukan berbagai langkah untuk efisiensi beban keuangan, di antaranya dengan melakukan pembayaran atau pelunasan pinjaman sebesar Rp 1,4 triliun selama tahun 2019. Selain itu, Perseroan juga telah melakukan refinancing atas pinjamannya di tahun 2019 sehingga memperoleh tingkat bunga yang lebih kompetitif. Langkah Perseroan ini diharapkan dapat menurunkan beban keuangan Perseroan.
Sepanjang tahun 2019, Semen Indonesia secara konsolidasi mencatatkan total volume penjualan domestik dan ekspor sebesar 42,6 juta ton, termasuk penjualan dari Thang Long Cement (TLCC) Vietnam. Volume penjualan tersebut naik 28,5% dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar 33,2 ton.
Sedangkan penjualan domestik SIG tahun 2019, di Indonesia meningkat 32,5% menjadi 36,3 juta ton meskipun permintaan di pasar semen domestik hanya tumbuh 0,3%. Sementara penjualan regional yaitu penjualan dari Vietnam dan ekspor meningkat 9,1% dari tahun sebelumnya menjadi 6,3 juta ton.
(das/dna)