Dolar AS Keok Lagi Lawan Rupiah

Dolar AS Keok Lagi Lawan Rupiah

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 03 Jun 2020 19:30 WIB
Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pada sore ini kian menunjukkan penguatan. Per pukul 15.10 WIB, US$ 1 berada di Rp 15.299.
Dolar AS/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami penguatan beberapa hari terakhir. Dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) tercatat rupiah berada di level Rp 14.245 atau menguat dibandingkan hari sebelumnya di posisi Rp 14.502. Kemudian berdasarkan data Reuters, mata uang Paman Sam keok lawan rupiah dan berada di posisi Rp 14.143.

Kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan penguatan yang terjadi pada rupiah hari ini karena beberapa faktor internal dan eksternal.

"Penyebabnya kombinasi, dari internal kebijakan ekonomi pemerintah dalam menangani dampak COVID-19 diterima baik dengan pasar sehingga memberikan respons positif," kata Ryan saat dihubungi detikcom, Rabu (3/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan sedangkan dari sisi eksternal, situasi domestik di Amerika Serikat (AS) setelah meninggalnya George Floyd yang menstimulasi kerusuhan sosial menciptakan sentimen negatif untuk pemulihan ekonomi AS.

Hal ini menyebabkan sebagian hedge fund keluar dari aset dolar AS dan memburu aset bukan dolar AS, termasuk aset dalam rupiah.

ADVERTISEMENT

"Kondisi ini akan bertahan cukup lama karena sentimen negatif di AS masih akan berlanjut, lebih-lebih sengketa dagang dengan China malah menguat lagi akhir-akhir ini," jelasnya.

Berlanjut di halaman berikutnya.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menjelaskan penguatan rupiah yang signifikan hari ini ditopang oleh dinamika global dan domestik.

Dia menjelaskan melemahnya nilai tukar dolar AS ini terjadi karena adanya optimisme terhadap pemulihan ekonomi menguat sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan ekonomi di berbagai negara.

Kedua, suku bunga simpanan dolar AS saat ini sangat rendah mendekati 0%, bahkan banyak imbal hasil obligasi negara di sejumlah negara maju sudah negatif. Ketiga, meluasnya demo di seluruh AS.

Sedangkan dari dalam negeri dengan imbal simpanan atau imbal hasil dalam dolar AS dan sejumlah mata uang negara maju yang sangat rendah mulai mendorong investor global yang selama Maret 2020 keluar dari Indonesia pada saat mulai terjadi outbreak COVID-19, mencari lagi instrumen pasar dengan imbal hasil yang tinggi.

"Tentunya dengan peringkat rating investment grade, yield SBN 10 tahun yang menawarkan imbal hasil 7,5% sangat menarik bagi investor global (yield hunting). Apalagi baru saja India salah satu negara yang juga menawarkan credit rating-nya di-downgrade. Oleh karenanya, sejak akhir April lalu mulai terjadi arus balik dana asing ke Indonesia," kata Nanang saat dihubungi detikcom.

Dia mengungkapkan pada lelang SBN Selasa lalu bahkan incoming bid mencapai Rp 105 triliun, bid tertinggi sejak 28 Februari. Sekitar 30% dari incoming bid tersebut berasal dari investor asing.

"Investor asing yang tidak memperoleh dari lelang perdana, masuk ke pasar sekunder pada hari ini. Tidak heran bila yield SBN 10 tahun hari ini tembus di bawah 7% dan ditutup di 6,98%," jelasnya.

Nanang menambahkan pasokan valas dari bank bank luar negeri yang terkait dengan inflow ke SBN tersebut mendorong rupiah menguat hari ini Rp 14.330 ke Rp 14.050.



Simak Video "Video: Google Klarifikasi soal Kurs 1 Dolar AS Jadi Rp 8.170"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads