Pemerintah beberapa hari lalu menerbitkan surat utang syariah alias sukuk. Penerbitan sukuk itu dilakukan di tengah ketidakpastian kondisi pasar, namun ternyata sukuk global tersebut kebanjiran permintaan hingga oversubcribed (kelebihan) hampir 6,7 kali dibandingkan dengan target emisi.
Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, target pemerintah adalah US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 35,6 triliun (kurs Rp 14.200). Namun, total pemesanan yang masuk atau orderbook mencapai US$ 16,66 miliar.
"Kebetulan kemarin juga, beberapa hari yang lalu sukuk global kita laku keras, 6,7 oversubscribe. Kita issue sekitar US$ 2,5 miliar, bunganya sangat rendah," ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Nathan Kacaribu dalam diskusi online bersama Apindo, Jumat (19/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Febrio mengatakan, melihat antusiasme dan menyesuaikan kondisi pasar global, kemungkinan besar pemerintah akan kembali menerbitkan surat utang.
"Kalau nanti pasar masih tetap membaik, mungkin ada peluang juga bagi pemerintah untuk issue another series of global bond, karena ini pasarnya lagi bagus," urainya.
Menurut Febrio, penerbitan surat utang ini punya dampak bagus bagi perekonomian Indonesia. "Dan ini juga sangat membantu stabilitas rupiah, serta membantu tingkat suku bunga domestik bisa turun sedikit," ungkap dia.
(ara/ara)