Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merubah asumsi dasar dalam dokumen kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF). Salah satu yang diubah adalah nilai tukar rupiah ada di kisaran Rp 14.900 sampai Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat (AS) di tahun depan.
Vice President Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan prediksi itu mempertimbangkan risiko yang terjadi dari ketidakpastian global yang masih tetap tinggi di tahun depan akibat pandemi Corona (COVID-19).
"Kita lihat sebagian besar dari negara berkembang dan negara maju tingkat risiko utangnya meningkat dan saya pikir recovery dari perekonomian global masih dipengaruhi seberapa cepat vaksinnya ditemukan," kata Josua kepada detikcom, Senin (22/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Rupiah Rontok, Dolar AS Menuju Rp 14.200 |
Meski begitu, prediksi itu dianggap tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun ini yang Rp 14.900 sampai Rp 15.500. Sehingga prediksi tahun depan dianggap masih konservatif.
"Jadi saya pikir nggak beda jauh meskipun saat ini cukup stabil di Rp 14.200 kan itu juga sebenarnya saya pikir ini lebih konservatif sehingga pemerintah menetapkannya di Rp 14.900 sampai Rp 15.300 untuk tahun depan," ucapnya.
Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang menambahkan prediksi itu melihat dari faktor yang terjadi karena adanya defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dia menyebut dengan nilai tukar Rp 14.300 di tahun depan masih realistis.
"Saya rasa realistis dan menurut saya cukup moderat perkiraan segitu. Di level tersebut cukup masuk di akal." katanya saat dihubungi terpisah.
(eds/eds)