Gelombang Kedua Corona Bisa Dorong Dolar AS Melambung ke Rp 15.500

Gelombang Kedua Corona Bisa Dorong Dolar AS Melambung ke Rp 15.500

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 23 Jun 2020 09:40 WIB
Dolar AS
Foto: Dok. detikcom
Jakarta -

Pemerintah telah melonggarkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Di DKI Jakarta misalnya kini sudah memasuki masa transisi sehingga segala aktivitas sosial ekonomi mulai berjalan kembali dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Tujuannya ialah tentu untuk memulihkan ekonomi secara menyeluruh setelah sempat terpukul karena Corona (COVID-19).

Akan tetapi, dilonggarkannya PSBB ini justru memunculkan kekhawatiran baru yakni mengenai gelombang kedua pandemi virus COVID-19. Bila kejadian, dampaknya dolar AS bisa kembali melambung hingga ke level Rp 15.500.

"Kemungkinan besar dia (dolar AS) akan kembali lagi ke Rp 15.000. Kalau sempat tembus Rp 15.000, dia bisa kembali lagi ke Rp 15.500-an, ya mungkin akan terjadi seperti di bulan Februari-Maret," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada detikcom, Senin (22/6/2020).

Lebih jauh, Ibrahim menjelaskan bahwa selain kekhawatiran terhadap gelombang kedua COVID-19, hal lain yang mendorong pelemahan rupiah adalah gejolak yang terjadi di luar seperti ketegangan antara India dan China, hingga permasalahan di Amerika Serikat.


"Rupiah melemah karena adanya ketegangan di India, di perbatasan Himalaya antara India dan Tiongkok, walaupun tanpa senjata. Kemudian di Semenanjung Korea, di mana Korea Selatan dan Korea Utara saat ini memanas kembali, tensi ini yang sebenarnya membuat indeks dolar kembali lagi mengalami penguatan. Nah terpenting ini masalah stimulus di Amerika, karena stimulus di Amerika itu yang US$ 2,2 triliun ternyata dihentikan oleh Kongres atau Senat, namun baru-baru ini pemerintah di sana mengajukan kembali US$ 1 triliun," paparnya.

Tak hanya itu, persoalan di dalam negeri juga cukup berpengaruh. Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin yang tidak dibarengi penurunan kredit juga bisa mempengaruhi rupiah.


"Di sisi lain pun juga BI kemarin menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin tapi tidak dibarengi dengan penurunan kredit, karena saat ini yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat itu kredit, saat Corona ini kan perbankan tidak menurunkan kredit, nah ini yang jadi permasalahan," tambahnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra. Menurut Ariston, kekhawatiran akan gelombang kedua COVID-19 bisa membuat rupiah melemah.

"Rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS ke arah resisten Rp 14.200 dengan support di kisaran Rp 14.050," kata Ariston.


Bahkan, nilai itu bisa jatuh lebih parah dari pelemahan awal kasus Corona, bila angka kasus COVID-19 semakin meningkat dan tidak terkendali.

"Kalau terlihat tidak terkendali, rupiah bisa melemah lebih parah (dari kasus awal COVID-19), saat ini masih terlihat terkendali dan pasar masih berharap ke penemuan vaksin dan obat perawatan COVID-19," tutupnya.


Hide Ads