Tadi Pagi Terlemah di Asia, Bagaimana Rupiah Sore Ini?

Tadi Pagi Terlemah di Asia, Bagaimana Rupiah Sore Ini?

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Senin, 22 Jun 2020 18:05 WIB
Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menembus Rp 13.000,- menjadi alarm buat investor. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun masuk dalam tren melemah yang cukup parah dalam beberapa hari terakhir. Seorang nasabah tengah menukar mata uang dolar di Bank CIMB Niaga, Jakarta, Selasa (16/06/2015). Rengga Sancaya/detikcom.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pagi tadi nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang rontok. Rupiah tergerus 0,24% oleh dolar Amerika Serikat (AS) sekaligus menjadi yang terdalam ditekan oleh mata uang Paman Sam di antara mata uang Asia lainnya.

Mengutip data RTI, Senin (22/6) dolar AS hari ini dibuka di level Rp 14.094. Pergerakannya kemudian cenderung menguat hingga menembus level Rp 14.176.

Sore ini, dolar AS berada di level Rp 14.142. Angka tersebut tercatat menguat 48 poin atau 0,34% terhadap rupiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika ditarik dalam sepekan, dolar AS tercatat menguat 0,19% terhadap rupiah. Namun dolar AS masih kalah unggul jika dibandingkan terhadap sebulan lalu di mana rupiah unggul 3,8%.

Dolar AS juga tercatat masih tertekan 14,68% jika dibandingkan tiga bulan sebelumnya terhadap rupiah. Namun unggul 1,8% jika ditarik sejak awal tahun.

ADVERTISEMENT

Selain menekan rupiah, sore ini dolar AS masih menekan dolar Australia, euro, poundsterling, yuan China, dan yen Jepang. Dolar AS hanya kalah saing terhadap dolar Singapura.

Sementara dari data perdagangan Reuters sore ini, dolar AS tercatat sudah berada di level Rp 14.215. Mata uang Paman Sam bergerak di level Rp 14.150-14.230.

Sedangkan dari kurs referensi JISDOR hari ini, nilai tukar dolar AS dihargai di level Rp 14.209. Angka ini sendiri lebih rendah dari kurs tengah pada Jumat (19/6) lalu di level Rp 14.242.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sendiri meyakini tren penguatan nilai tukar rupiah masih belum berakhir. Dia yakin rupiah masih bisa menguat lantaran nilainya masih di bawah nilai wajarnya atau undervalue.

"Nilai tukar rupiah masih undervalue, sehingga berpotensi untuk terus menguat dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya dalam rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta, Senin (22/6/2020).

Perry melaporkan nilai tukar rupiah masih tercatat naik 3,26% secara point to point dan naik 5,65% secara rerata dibandingkan level Mei 2020. Hal itu disebabkan berbagai faktor positif termasuk aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan.

Potensi penguatan rupiah diyakininya juga didukung oleh masih rendahnya inflasi, penurunan defisit transaksi berjalan hingga membaiknya risiko di ekonomi global dan domestik.

BI memperkirakan dolar AS rata-rata di 2020 ini berada di kisaran Rp 14.000-14.600. Sementara untuk tahun depan diperkirakan membaik di kisaran Rp 13.700-14.300.


Hide Ads