Kasus Corona Baru di AS Jadi Momok Bagi Bursa Asia

Kasus Corona Baru di AS Jadi Momok Bagi Bursa Asia

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 14 Jul 2020 10:14 WIB
Imbas Virus Corona yang merebak dan menelan ratusan korban jiwa kini mulai menggoyang ekonomi China dan beberapa negara di Asia seperti Jepang. Pasar saham China pun ambruk sejak pembukaan perdagangan.
Ilustrasi/Foto: AP Photo
Jakarta -

Gejolak di pasar ekuitas Amerika Serikat (AS) dan juga kasus baru virus Corona (COVID-19) yang terus mencetak rekor berdampak pada pasar saham Asia. Begitu juga dengan perdagangan bursa berjangka.

Dilansir Reuters, Selasa (14/7/2020), bursa Australia S&P/ASX 200 yang kehilangan 0,76% di pembukaan perdagangan. Akan tetapi, dampak dua faktor di atas juga menunjukkan hasil yang beragam. Misalnya bursa Jepang Nikkei 225 yang naik 0,22%, dan juga bursa Hong Kong-Hang Seng naik 0,39%. Begitu juga indeks E-mini futures S&P 500 naik 0,21%.

Dampak dari kebijakan pemerintah negara bagian California yakni menutup bar, bioskop, dan melarang restoran melayani makan di tempat atau dine-in berdampak langsung pada sentimen pasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, sikap optimistis bagi para konsumen di AS atas dampak pandemi pada perekonomian juga membuat para investor kebingungan mengambil langkah atas gambaran perekonomian di dunia.

Akan tetapi, klaim dan sengketa China atas sumber daya di seluruh Laut China Selatan juga semakin menegangkan hubungan dengan AS. Bahkan, para pejabat AS mengatakan klaim China melanggar hukum.

ADVERTISEMENT

Berbagai faktor tersebut menyebabkan dolar AS melemah pada perdagangan kemarin, Senin (13/7). Lalu, harga emas di spot turun 0,1% menjadi US$ 1,801.30 per troy ounce (toz).

Pada hari Senin, S&P 500 turun 0,94% setelah menyentuh level tertinggi sejak 24 Februari. Nasdaq Composite turun 2,13%, didorong oleh penurunan beberapa nama besar yang mengungguli, termasuk Amazon dan Microsoft. Sementara, Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,04%. Indeks saham MSCI di seluruh dunia sempat menyentuh level tertinggi sejak Februari, sebelum berakhir turun 0,29%.

Tumbuhnya kekhawatiran tentang penyebaran virus Corona dan meningkatnya tekanan AS-China juga membebani harga minyak. Brent futures turun 1,2% atau 52 sen menjadi US$ 42,72 per barel.

China juga diprediksi akan memberikan laporan ekspor yang anjlok. Begitu juga dengan impor yang berkurang tajam khususnya pada kontrak pembelian minyak mentah dan komoditas yang lebih tinggi.




(ara/ara)

Hide Ads