Saham-saham di Amerika Serikat (AS) naik pada perdagangan Senin (20/7) kemarin. Diketahui, saham teknologi yang menguat secara luas yang kemudian memperkuat pasar ini.
Saham teknologi seperti Amazon, Tesla, Microsoft, Apple, Alphabet, Facebook dan Netflix kompak meroket pada perdagangan kemarin. Total dari kenaikan harga saham masing-masing emiten tersebut, menambah nilai indeks 30-saham unggulan sebanyak US$ 291,66 miliar setara Rp 4.083,2 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
Saham teknologi telah menjadi salah satu yang berkinerja terbaik selama pandemi COVID-19, yang mana mayoritasnya mencapai level tertinggi sepanjang masa dalam beberapa pekan terakhir meskipun terjadi penurunan ekonomi yang luas di seluruh dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari CNBC Business, saham Tesla naik 9,47% karena investor bersiap untuk menerima dividen Juni yang dibagikan Rabu besok. Kenaikan nilai sahamTesla ini menambah US$ 26,36 miliar ke kapitalisasi pasar.
Demikian pula dengan saham Microsoft melonjak 4,3% menambah US$ 66,82 miliar pada kapitalisasi pasarnya. Apple ditutup naik 2,11% menambah US$ 35,53 miliar. Alphabet naik 3,1% menambah 32,08 miliar. Facebook menambah US$ 9,67 miliar setelah menutup 1,40% sementara Netflix naik 1,91% menambah US$ 4,28 miliar.
Lalu, saham Amazon tercatat naik 7,93%. Kenaikan saham Amazon diyakini terjadi setelah analis Goldman Sachs memprediksi saham emiten ini mampu menembus harga US$ 3.800 per saham setara Rp 53,2 juta, target tertinggi di Wall Street. Perusahaan ini menambah US$ 116,92 miliar atau Rp 1.636,8 triliun dalam penilaian pasar modal AS dan membawa kapitalisasi pasar Amazon menjadi US$ 1,59 triliun. Dengan begitu, saham raksasa e-commerce ini telah melambung 73% sepanjang tahun ini.
Alhasil, menurut Bloomberg, nilai kekayaan bersih pendirinya, Jeff Bezos juga ikut bertambah US$ 13 miliar. Ini adalah lompatan terbesar secara harian untuk seorang individu sejak Bloomberg Billionaires Index dibuat pada 2012 lalu. Sepanjang 2020 ini, kekayaan Bezos telah meningkat tajam dari US$ 74 miliar menjadi US$ 189,3 miliar, meskipun AS memasuki periode kemerosotan ekonomi terburuk sejak masa Great Depression.
(fdl/fdl)