Berdarah-darah, Wall Street Kembali Level Terburuk

Berdarah-darah, Wall Street Kembali Level Terburuk

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 04 Sep 2020 08:50 WIB
Pusat bisnis di New York, Wall Street terlihat kosong melompong sebagai dampak
 pandemi Covid-19, Minggu (29/3/2020).
Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Wall Street ditutup ditutup melemah pada perdagangan Kamis (3/9). Dua indeks utama Wall Street bahkan jatuh ke level terburuk mereka sejak Juni lalu.

Nasdaq Composite (COMP) anjlok hampir 5% dan Dow terkoreksi 2,8% atau lebih dari 800 poin.

Penyebabnya karena investor kompak melepas saham teknologi yang mencapai rekornya selama beberapa minggu terakhir ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada hari perdagangan sebelumnya, Rabu (2/9) bursa saham AS merangkak naik. Hari itu, indeks S&P 500 (SPX) dan Nasdaq kembali mencapai rekor tertinggi mereka. Nasdaq naik di atas 12.000 poin untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Tapi hal itu tidak bertahan lama. Keesokan harinya, Kamis (3/9) level tersebut langsung dibanting habis-habisan. Kamis adalah penurunan satu hari terdalam bagi Nasdaq dari rekor tertinggi dalam sejarahnya.

ADVERTISEMENT

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi?

Pertama, Nasdaq telah mengungguli dua indeks saham utama lainnya - Dow (INDU) dan S&P 500 (SPX) - selama berbulan-bulan. Rally telah berlangsung cukup lama sehingga investor sekarang mengambil untung.

Meski begitu, Nasdaq tetap naik hampir 28% pada tahun 2020, masih jauh melebihi rekan-rekannya. Dow, yang baru-baru ini berubah positif untuk tahun ini, sekarang kembali merugi.

"Meskipun tidak ada satu pun pendorong untuk kelemahan tersebut, tampaknya investor tiba-tiba menyadari betapa saham-saham saat ini begitu overbought dan layak untuk dijual," ujar kepala strategi pasar untuk LPL Financial Ryan Detrick dikutip dari CNN, Jumat (4/9/2020).

Alasan lainnya, karena memburuknya hubungan AS-China, investor khawatir, saham teknologi bakal terkena dampak yang paling keras dari potensi kenaikan tarif yang diterapkan kedua negara tersebut.

"Nasdaq semakin terpukul dengan rotasi yang terus berlanjut ke siklus dan ekspektasi big-tech pada akhirnya akan membayar biaya untuk kemerosotan lebih lanjut dengan hubungan AS-China," kata analis pasar senior, Ed Moya




(eds/eds)

Hide Ads