Beragam sentimen masih menyelimuti dunia investasi pekan ini. Ketidakpastian masih menaungi para investor di tengah kondisi pandemi COVID-19 yang tak kunjung usai.
Untuk pasar modal diperkirakan minggu ini cukup berat bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara nilai tukar rupiah diyakini masih ada peluang untuk menguat terhadap dolar AS. Sedangkan emas diyakini dalam kondisi bullish.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjelaskan, dari sisi eksternal salah satu sentimen datang dari meningkatnya ketegangan antara pemerintah AS dan China juga menjadi perhatian pelaku pasar. Pemerintahan Trump berencana untuk melarang WeChat dan aplikasi berbagi video TikTok di Amerika Serikat mulai Minggu malam.
Sementara untuk domestik sentimen yang paling kuat adalah pemberlakukan PSBB Jakarta yang kembali diperketat. Namun ternyata penerapanya tidak sama persis dengan pemberlakuan PSBB periode pertama atau lebih longgar. Hal itu membuat IHSG naik di awal pekan lalu.
"Tetapi dampak PSBB Total yang longgar tetap diperkirakan akan mengganggu aktivitas bisnis dan perusahaan. Pasar saham dunia juga tertekan beberapa sentimen negatif mulai dari valuasi yang mahal, lonjakan kasus COVID-19, ketegangan China AS," tuturnya kepada detikcom.
Berdasarkan sentimen itu Hans memperkirakan IHSG selama seminggu berpeluang konsolidasi melemah dengan support di level 5.000 sampai 4.754 dan resistance di level 5.100 sampai 5.187.
Sementara Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper menilai penguatan IHSG pada Jumat kemarin cukup mencurigakan. Sebab IHSG ditutup menguat di tengah banyaknya sentimen negatif dan tingginya kasus COVID-19 yang semakin mengkhawatirkan.
Oleh karena itu dia memprediksi di awal pekan IHSG akan melemah dengan proyeksi resistance 5.100-5.079 dan support 5.030-5.002.
"IHSG diprediksi melemah terbatas. Secara teknikal stochastic bergerak menyempit mengindikasikan trend pelemahan akan terbatas. Pergerakan akan dipengaruhi kekhawatiran akan semakin tingginya kasus COVID-19 dari dalam negeri. Pergerakan akan cenderung terbatas dikarenakan minimnya sentimen pada awal pekan," tambahnya.
Meski begitu masih ada peluang untuk belanja saham. Cek di halaman berikutnya untuk rekomendasi 5 saham.
Pada penutupan pekan kemarin tercatat IHSG ditutup menguat 0,41% ke posisi 5.059. Lalu apakah tren positif itu berlanjut di awal pekan ini? Sebab pada perdagangan terakhir dana asing masih mengucur keluar.
Selain itu beberapa sentimen baik dari dalam maupun luar masih menyelimuti pasar modal Indonesia. Oleh karena itu investor patut berhati-hati dalam bertrnasaksi di awal pekan ini.
Meski begitu analis merekomendasikan beberapa saham yang patut dipertimbangkan. Analis Bina Artha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama merekomendasikan lima saham. Adapun sejumlah rekomendasi saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain sebagai berikut:
PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK)
Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish inverted hammer candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 790 - Rp 800, dengan target harga secara bertahap di level Rp 865, Rp 905 dan Rp 1.080. Support: Rp 730.
PT Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk (MIKA)
Pergerakan harga saham telah menguji garis MA 10 sehingga peluang terjadinya penguatan minimal menuju ke level resistance pertama masih terbuka lebar. Akumulasi beli pada area level Rp 2.280 - Rp 2.330, dengan target harga secara bertahap di level Rp 2.430, Rp 2.510, Rp 2.580 dan Rp 2.850. Support: Rp 2.180.
PT Sumarecon Agung Tbk (SMRA)
Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish inverted hammer candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. "Akumulasi Beli" pada area level 555 - 570 dengan target harga secara bertahap di level 615, 635, 655, 735 dan 845. Support: 540 & 515.
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)
Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 168 - Rp 171, dengan target harga secara bertahap di level Rp 179, Rp 210, Rp 240 dan Rp 270. Support: Rp 163 & Rp 148.
PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP)
Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 146 - Rp 155, dengan target harga secara bertahap di level Rp 162, Rp 185, Rp 208 dan Rp 232. Support: Rp 138.
Nilai tukar rupiah diprediksi akan berada di jalur penguatan minggu depan. Ada beberapa faktor yang menopang mata uang Garuda mendominasi dolar Amerika Serikat (AS) besok.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan menerangkan ada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi penguatan rupiah kemarin dan menjadi dasar proyeksi pergerakan besok.
Untuk eksternal datang dari data ketenagakerjaan di AS yang dirilis pada hari Kamis, menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal turun lebih lambat dari yang diharapkan. Di saat yang sama, data dari pasar perumahan menunjukkan bahwa bagian dari ekonomi mendingin setelah tiga bulan mengalami kenaikan yang sangat kuat.
Sementara dari sisi internal wabah COVID-19 masih menjadi sentimen negatif. Kasus positif terus meningkat, bahkan penambahan kasus perhari terus memecahkan rekor. Selama wabah ini belum dalam dikontrol maka derita ekonomi RI dipercaya akan berkepanjangan.
Berbagai cara dilakukan pemerintah, salah satunya dengan melakukan reformasi sistem keuangan. Pemerintah melakukan perubahan-perubahan wewenang baik di Bank Indonesia (BI) maupun wewenang di OJK.
Ibrahim menilai pasar merespon negatif atas revisi UU BI hanya bersifat sementara. Menurutnya setelah melihat draft perombakan Undang-undang Bank Indonesia, pasar kembali positif lantaran menaruh harapan dalam wacana itu.
"Menanggapi draft tersebut pasar meyakini wewenang kedepan bank sentral akan lebih luas, apalagi sebelumnya Bank Indonesia sudah berperan dalam pertumbuhan ekonomi sehingga harus dilihat lagi seperti apa perluasan kewenangan yang direncanakan. Hanya saja intervensi BI di pasar keuangan yang meningkat selama pandemi masih dinilai positif oleh pasar asalkan tidak berlanjut di masa normal," tuturnya.
Dengan melihat berbagai sentimen tersebut, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah pada awal pekan depan akan berada di jalur positif.
"Dalam penutupan perdagangan akhir pekan ini rupiah ditutup menguat 97 point di level Rp 14.735 dari penutupan sebelumnya di level Rp 14.832. Dalam perdagangan minggu depan tepatnya di hari Senin mata uang garuda masih akan kembali menguat antara 10-50 point di level Rp 14.700-Rp 14.780," terangnya.
Sedangkan Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee berpandangan sebaliknya. Revisi UU BI yang sedang digodok DPR justru memberikan sentimen negatif karena mengancam independensi bank sentral. Hal itu menjadi salah satu dari 3 sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah, yakni kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan memasuki resesi dan meningkatnya kasus COVID-19
Meski begitu Hans menilai keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan kemarin merupakan bentuk upaya menjaga stabilitas keuangan dalam mendukung perekonomian Indonesia. Meskipun inflasi sangat rendah tetapi volatilitas rupiah membuat BI menahan penurunan suku bunga. Dia yakin rupiah minggu depan akan lebih stabil.
"Data yang baik juga ditunjukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 2,33 miliar. Kedua hal ini diharapkan mampu membuat Rupiah menguat dan lebih stabil ke depannya," terangnya.
Di samping itu di AS belum ada kesepakatan mengenai RUU stimulus fiskal untuk mengantisipasi virus corona baru yang diperkirakan senilai US$ 1,5 triliun. Tarik ulur politik terus terjadi. Bila terjadi kesepakatan diharapkan mampu menjadi sentimen positif yang mendorong indeks-indeks dunia naik dan nilai tukar dolar AS melemah.
Sentimen bullish masih tetap kuat di pasar emas. Ada sinyal yang berkembang bahwa tren positif logam mulia akan terus berlanjut meski tidak ada berita fundamental baru untuk mendorong harga.
Demikian hasil terbaru dari survei emas mingguan Kitco News, yang dilansir Minggu (20/9/2020). Mayoritas analis Wall Street dan investor Main Street yakin emas akan tetap bullish meski ada suara netral yang kuat di kedua survei.
"Bulls pasar emas membutuhkan percikan berita fundamental baru untuk memulai kembali tren naik harga jangka pendek," kata Jim Wyckoff, analis teknis senior di Kitco.com.
Minggu ini, 14 profesional Wall Street mengambil bagian dalam survei Kitco terbaru. Di antaranya, tujuh pemilih, atau 50%, menyerukan agar harga emas naik. Lalu enam analis, atau 43%, memperkirakan harga emas akan stabil, lalu sisanya memprediksi harga emas lebih rendah minggu depan.
Sementara di polling investor Main Street terdapat 1.367 suara yang ikut berpartisipasi. Dari jumlah itu, 829 responden atau 60% meyakini harga emas naik minggu depan. Lalu 290 lainnya atau 21% mengatakan mereka netral, sementara 248 pemilih atau 18%, bersikap bearish.
Minggu ini pasar jelas terjebak dalam pola konsolidasi yang menyempit. Emas berjangka Desember terakhir diperdagangkan pada US$ 1.966,60 per ounce, naik hampir 1% dari minggu sebelumnya. Dalam survei sebelumnya, investor ritel bersikap bullish terhadap emas, sementara analis Wall Street sebagian besar bearish.
Ke depan, George Gero, direktur pelaksana RBC Wealth Management, mengatakan bahwa meskipun bullish pada emas, dia tidak yakin harga emas akan menembus di atas resistensi pada US$ 2.000 per ounce dalam waktu dekat.
"Ada cukup banyak masalah di dunia untuk mendorong harga emas lebih tinggi tetapi dengan The Fed tidak melihat langkah-langkah stimulus baru, emas belum siap untuk keluar dari kisaran ini," katanya.
Meskipun emas terjebak dalam penggiling, Richard Baker, editor Eureka Miner's Report, mengatakan bahwa volatilitas yang rendah dan prospek teknis menunjukkan harga emas yang lebih tinggi dalam waktu dekat.
"Kemungkinan emas Comex akan mencapai $ 1.980 per ounce minggu depan dan perak $ 27.36 per ounce," katanya.