Tak Pakai Dolar AS Lagi, Berapa Nilai Dagang RI-China?

Tak Pakai Dolar AS Lagi, Berapa Nilai Dagang RI-China?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 02 Okt 2020 13:40 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020). Selama Januari 2020, ekspor nonmigas ke China mengalami penurunan USD 211,9 juta atau turun 9,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan 21,77 persen (yoy).
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

China dan Indonesia telah bersepakat untuk membentuk kerangka kerja sama penggunaan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung atau local currency settlement (LCS).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan kerangka kerja sama ini memperluas kesepakatan LCS dengan negara yang sudah ada sebelumnya. Seperti Thailand, Malaysia, dan Jepang.

"Hal tersebut meliputi, antara lain penggunaan kuotasi nilai tukar secara langsung dan perdagangan antar bank untuk mata uang Yuan dan Rupiah," kata Perry dalam siaran pers, dikutip Jumat (2/10/2020).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah menjelaskan penggunaan mata uang lokal akan mengurangi pembelian valas.

"Penggunaan mata uang lokal akan mengurangi pembelian valas dalam rangka impor karena Indonesia lebih banyak impor dari China," kata Nanang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 nilai ekspor Indonesia ke China sebesar US$ 27,96 miliar. Kemudian impor sebesar US$ 44,90 miliar.

Pada 2018 nilai ekspor Indonesia ke China sebesar US$ 27,13 miliar dan impor dari China ke Indonesia US$ 45,53 miliar.

Adapun pada periode 2020 nilai perdagangan Indonesia atas China selalu mencatatkan defisit.




(kil/eds)

Hide Ads