Rencana Demo Tolak Omnibus Law Bisa Bikin Rupiah Melemah Pekan Depan

Rencana Demo Tolak Omnibus Law Bisa Bikin Rupiah Melemah Pekan Depan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Minggu, 25 Okt 2020 22:15 WIB
Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) siang ini sudah menembus Rp 14.930. Dolar AS bergerak di level Rp 14.820-14.933 hari ini.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Nilai tukar rupiah disebut akan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan depan. Diprediksi rupiah akan berada di level Rp 14.550 hingga Rp 14.800.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan sentimen negatif akan datang dari negeri Paman Sam. Stimulus yang tak kunjung dicairkan membuat banyak orang tetap memegang dolar, sehingga nilainya bisa makin kuat.

"Rupiah, dia akan dapat kabar buruk dari AS, stimulus belum menemui kesepakatan. Jadi mungkin pekan depan akan negatif terhadap dolar, karena orang khawatir, tidak pasti, maka dia pegang dolar," kata Ariston kepada detikcom, Minggu (25/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dalam negeri sentimen negatif muncul dari potensi gelombang demo menolak UU Cipta Kerja. Hal itu dinilai akan membuat sentimen negatif di pasar, dan melemahkan rupiah.

"Kalau dari dalam negeri masih berkutat isu penolakan dari UU Ciptaker demo-demo. Ada lagi pengumuman demo besar-besaran dari buruh KSPI kalau Jokowi tekan Omnibus Law," ujar Ariston.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee justru memprediksi rupiah bisa menguat, menurutnya hal itu terjadi karena Joe Biden tampak di atas angin dalam debat calon Presiden AS.

Banyak investor menurutnya percaya dengan kebijakan yang akan didatangkan Biden, maka dari itu banyak yang berani melepas dolarnya ke instrumen lain. Hans memprediksi rupiah akan berada di rentang Rp 14.550 hingga Rp 14.750.

"Kalau secara umum sebenarnya rupiah berpotensi menguat dalam periode menengah. Karena kemungkinan Biden memenangkan pemilu, jadi stimulus lebih banyak dan juga dia bisa hilangkan perang dagang," kata Hans.

"Jadi kalau stimulus cepat keluar, akan melemahkan dolar," katanya.

(dna/dna)

Hide Ads