Corona Mengganas, Poundsterling 'Digilas' Dolar AS

Corona Mengganas, Poundsterling 'Digilas' Dolar AS

Trio Hamdani - detikFinance
Rabu, 28 Okt 2020 23:06 WIB
Mata uang poundsterling / pounds
Ilustrasi/Foto: Dok. REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta -

Mengganasnya virus Corona di Eropa menyebabkan mata uang Inggris Poundsterling melemah 1% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Melansir Reuters, Rabu (28/10/2020) hal itu disebabkan menanjaknya kasus COVID-19 di Eropa dan ketidakpastian menjelang pemilihan presiden AS.

Kematian akibat COVID-19 di seluruh Eropa naik hampir 40% dalam seminggu. Jerman dan Prancis sedang bersiap untuk mengumumkan lockdown, mengikuti langkah serupa yang dilakukan Italia dan Spanyol.

"Pelemahan sementara dalam arus berita terkait Brexit dan kalender data kosong kemungkinan akan membuat GBP (poundsterling) sebagai pengamat dalam dinamika FX (pasar valuta asing) global," kata ahli strategi ING mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Poundsterling turun sebanyak 1% terhadap dolar AS. Pada 1248 GMT, itu berada di level terendah delapan hari US$ 1,2922 GMT. Terhadap euro, itu turun sekitar 0,4%, pada 90,75 pence.

Poundsterling telah didorong oleh perkembangan Brexit dalam beberapa minggu terakhir. Inggris dan Uni Eropa hanya memiliki waktu dua bulan untuk mencapai kesepakatan perdagangan sebelum masa transisi status-quo berakhir pada 31 Desember.

ADVERTISEMENT

Kepala negosiator Uni Eropa, Michel Barnier, berada di London untuk bernegosiasi. Setelah itu pembicaraan akan dilanjutkan di Brussel. Pemilihan presiden AS pada 3 November adalah fokus utama pasar.

Indikator volatilitas dolar sterling yang tersirat dengan jatuh tempo satu minggu naik ke level tertinggi sejak 14 September, sebuah tanda bahwa pelaku pasar mengantisipasi peningkatan volatilitas dalam waktu satu minggu, yang akan terjadi sehari setelah pemilihan AS.

Volatilitas satu minggu Euro-sterling juga naik, tetapi hanya ke level tertinggi sejak Kamis lalu. Analis juga mengutip sebuah studi dari Imperial College London yang menyarankan perlindungan dari virus Corona mungkin tidak bertahan lama.

(toy/hns)

Hide Ads