Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diproyeksi Tetap Loyo

Trump atau Biden yang Menang, Dolar AS Diproyeksi Tetap Loyo

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Kamis, 05 Nov 2020 21:45 WIB
Ilustrasi kurs dolar rupiah
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) disebut akan tetap mengalami pelemahan siapapun presiden yang akan memimpin AS selanjutnya. Di era Presiden Donald Trump, pemangkasan pajak, defisit yang besar hingga pemangkasan suku bunga di bank sentral AS membuat nilai dolar lebih rendah.

Mengutip CNN, disebutkan jika Joe Biden menang dari Trump kemungkinan pulihnya dolar AS juga belum akan terjadi dalam waktu dekat. Pemerintahan Biden diproyeksi hanya mendorong stimulus untuk konsumen dan usaha kecil yang terdampak pandemi COVID-19. Keputusan ini disebut akan melemahkan dolar AS.

Kemudian Bidan juga disebut akan mendorong belanja pemerintah yang telah lama tertunda untuk infrastruktur dan berinvestasi di energi surya, angin, dan energi ramah lingkungan lainnya. Analis senior di FXTM Lukman Otunuga mengungkapkan jika Biden menang, partai Demokrat akan fokus pada inflasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Analis mata uang memproyeksi jika Biden memenangkan kemungkinan dia akan mengambil langkah terkait tarif dengan sekutu seperti Eropa, Meksiko dan Kanada.

Pemerintahan Bidan juga disebut akan menggunakan langkah multilateral diplomatik untuk melawan China sebagai metode utama yang digunakan untuk menangani masalah ekonomi di luar perdagangan.

ADVERTISEMENT

BlackRock Investment Institute menulis dalam sebuah laporan jika pertumbuhan dan penambahan stimulus fiskal hingga perdagangan AS akan lebih lemah jika Biden menang.

Dolar AS memang sempat melonjak tahun ini sebelum COVID-19 melanda dan menghentikan ekonomi AS. Namun hal ini disebut bukanlah kondisi terburuk di dunia. Karena penurunan dolar AS ini adalah salah satu faktor yang berkontribusi untuk perusahaan teknologi dan multinasional di Amerika Serikat (AS).

Misalnya menguntungkan untuk perusahaan seperti Apple, Coca Cola, Procter & Gamble. Hal ini membuat barang dan jasa mereka bisa lebih murah di pasar luar negeri.

(kil/eds)

Hide Ads