PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom menyiapkan dana US$ 500 juta setara Rp 7 triliun (kurs Rp 14.000) buat berinvestasi ke startup di Indonesia. Namun, Direktur Digital Business Telkom Muhammad Fajrin Rasyid tak merinci lebih jauh startup apa saja yang jadi incaran perseroan.
"Tahun ini kita berkomitmen untuk berinvestasi US$ 500 juta atau lebih dari Rp 7 triliun di industri digital atau startup," ungkap Fajrin dalam acara LUSTRUM XII IKA ITS Innovation Challenge and Business Summit 2020, Sabtu (21/11/2020).
Alasannya, karena memang ada kebutuhan untuk semakin ekspansif di dunia digital. Mengingat sekarang eranya sudah lebih bergantung pada digital sehingga kolaborasi dengan berbagai pihak baik dari Telkom Group maupun pihak luar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kami melihat ke depan memang kami membutuhkan lebih banyak investasi di bidang ini (digital). Jadi salah satu yang saya suka juga adalah kata-kata berkolaborasi, bagaimana kita dapat memanfaatkan momentum ini dengan berkolaborasi dengan pihak terkait, karena pastinya kita tidak bisa melakukan semua hal seorang diri maupun oleh perusahaan kita secara sendirian begitu. Kita mesti bekerja sama, kita mesti mengeksplor hal-hal yang dapat kita kerjasamakan dengan pihak-pihak lain," tuturnya.
Fajrin menjelaskan mengapa kolaborasi digital menjadi fokus perusahaan pelat merah itu untuk saat ini. Sejak adanya pandemi COVID-19, digitalisasi di seluruh dunia semakin cepat dan semakin banyak orang-orang yang melek digital.
Bila Telkom tidak bergegas berinovasi menyesuaikan diri, dapat dipastikan akan ketinggalan dengan yang lainnya. Untuk itu, kolaborasi dengan startup dianggap menjadi salah satu solusi paling efektif mengikuti perubahan zaman tersebut. Di sisi lain, ia tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dari perkembangan ekonomi digital di masa depan, namun bisa turut menjadi produsen yang bisa menikmati manfaat dari hal tersebut.
"Salah satu report yang ada gitu ya dari Google Temasek, di tahun 2020 ekonomi digital di Indonesia ini ada di angka US$ 44 miliar atau sekitar Rp 600-an triliun. Nah ini besar sekali, dan ini diprediksi akan tumbuh menjadi US$ 124 miliar atau hampir Rp 2.000 triliun," ungkapnya.
"Artinya apa, 5 tahun lagi ekonomi digital di Indonesia akan jauh lebih cepat. Jadi pertanyaannya siapa yang akan memanfaatkan perkembangan ekonomi digital ini, tentunya kita berharap, kita jangan sampai jadi pasar, jangan sampai hanya jadi konsumen, kita harus jadi produsen atau pelaku di dalamnya, ini yang jadi PR kita bersama," tuturnya.
(ara/ara)