Airlangga Sebut Krisis Corona Tak Separah 1998 dan 2008

Airlangga Sebut Krisis Corona Tak Separah 1998 dan 2008

Danang Sugianto - detikFinance
Rabu, 30 Des 2020 16:35 WIB
Airlangga Hartarto
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto/Foto: (Rusman-Biro Pers Setpres)
Jakarta -

Pandemi COVID-19 telah memporak-porandakan perekonomian. Bahkan ekonomi Indonesia sampai masuk jurang resesi.

Namun Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kondisi saat ini jauh lebih baik dibandingkan krisis 1998 maupun 2008. Hal itu bisa dilihat dari kondisi pasar modal atau Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Airlangga menjelaskan, pada saat pandemi COVID-19 resmi melanda Indonesia sektor ekonomi langsung memberikan respons negatif. Aliran modal asing keluar begitu besar di kuartal I-2020 hingga membuat ekonomi RI terkontraksi di kuartal II-2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian kita lihat bahwa sektor keuangan juga tertekan, di mana di bulan Maret indeks juga terdepresiasi, terkontraksi. Rupiah mencapai Rp 16.000 dan indeks turun ke angka 4.500. Tentu market kapitalisasi juga anjlok," ucapnya dalam seremonial penutupan perdagangan saham tahunan, Rabu (30/12/2020).

Ada kekhawatiran kondisi ekonomi akan sama bahkan lebih parah dari krisis sebelumnya. Namun ternyata kondisi saat ini mulai berbalik arah.

ADVERTISEMENT

Buktinya IHSG mengalami kenaikan dan sempat kembali ke level 6.000-an. Meskipun pada penutupan perdagangan tahunan hari ini IHSG berada di zona merah di level 5.979.

Artinya tidak sampai satu tahun kondisi pasar modal sudah berbalik arah. Menurut Airlangga catatan itu berbeda dengan kondisi pasar modal saat terjadi krisis di 1998 dan 2008.

"Artinya pre COVID-19 dan post COVID-19 itu sudah kelihatan. Berbeda dengan krisis yang lain di mana krisis tahun 98 itu makan waktu lebih dari 2 tahun dan terkait kasus di 2008 juga lebih dari 1 tahun, sehingga tentu ini memberikan optimisme," terangnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Airlangga menyambut baik upaya BEI dalam menjaring emiten baru di pasar modal. Sepanjang tahun pandemi ini tercatat ada 51 emiten baru di pasar modal.

"Dari segi jumlah perusahaan lebih tinggi, termasuk capaian tinggi di kawasan ASEAN. Tantangannya tentu nilai IPO-nya yang Rp 5,28 triliun yang masih harus ditingkatkan," tegasnya.

Airlangga sangat mengapresiasi capaian kenaikan jumlah investor di pasar modal Indonesia sebesar 56% menjadi 3,87 juta Single Investor Identification (SID). Investor itu yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksa dana.

Kenaikan investor ini 4 kali lipat lebih tinggi sejak 4 tahun terakhir dari 894 ribu investor pada tahun 2016. Selain itu, investor saham juga naik sebesar 53% menjadi 1,68 juta SID.

"Ini capaian yang luar biasa di tengah situasi pandemik kepercayaan ritel terhadap pasar modal luar biasa. Ini merupakan modal kita untuk pengembangan pasar ke depan," tutupnya.


Hide Ads