Dear Investor Newbie, Waspadalah! Ada Bandit Mengintaimu

Dear Investor Newbie, Waspadalah! Ada Bandit Mengintaimu

Danang Sugianto - detikFinance
Senin, 18 Jan 2021 16:52 WIB
Ilustrasi Investasi Saham DetikX
Foto: Ilustrasi: Luthfi Syahban
Jakarta -

Euforia investasi saham di Indonesia semakin tinggi. Terbukti di tahun pandemi COVID-19 saja jumlah investor ritel justru semakin meningkat. Logikanya ekonomi makin sulit, kok yang jadi investor makin banyak?

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat investor pasar modal sepanjang 2020 meningkat 56% menjadi 3,87 juta, berdasarkan data Single Investor Identification (SID).

Obrolan tentang saham di media sosial pun semakin ramai. Bahkan tokoh, artis hingga influencer tiba-tiba menjelma menjadi 'imam' trading saham. Jamaahnya ya investor newbie itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rebound Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan dihiasi saham-saham yang terbang tinggi membuat para investor newbie semakin terbuai. Kapan lagi bisa ternak uang dengan cepat di saham. Cuan pun membuat mereka percaya diri dan merasa sudah jago trading saham.

Namun di tengah euforia trading saham saat ini mulai bermunculan teriakan minta tolong dari investor-investor baru. Di medsos ramai postingan sebuah foto yang berisi penggalan beberapa tangkapan layar pesan singkat yang berisi investor mengeluh beli saham pakai uang panas.

ADVERTISEMENT

Dalam postingan itu ada yang ngeluh beli saham dengan meminjam hingga 10 aplikasi pinjol hingga Rp 170 juta untuk membeli 500 lot saham ANTM. Ada juga yang membeli saham KAEF dengan menggunakan uang arisan dan uang titipan ibu-ibu PKK. Ada juga yang beli saham dengan menggadaikan tanah dan BPKB mobil.

Praktisi dan Inspirator Investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert mengingatkan bahwa di pasar saham ada yang namanya bandar. Bandar sendiri sebenarnya dibutuhkan dalam sebuah saham agar membuat saham itu tetap sehat. Namun terkadang bandar ini berubah wujud menjadi bandit.

"Bandar itu belum tentu bandit. Bandit itu ya kalau dia bilang jual ternyata dia malah beli, atau dia bilang beli ternyata dia malah jual," terangnya kepada detikcom, Senin (18/1/2021).

Bagi bandit, untuk menggerakkan sebuah saham sangat mudah. Ryan menjelaskan ada 3 unsur yang dibutuhkan untuk menggerakkan saham, pertama harus memiliki uang dalam jumlah yang sangat banyak.

Uang itu tentu untuk membeli saham tersebut. Contoh sebuah saham rata-rata nilai transaksi nya Rp 100 miliar per hari. Jika ada sosok yang memiliki uang Rp 300 miliar maka dia bisa mengatur pergerakan saham itu selama 3 hari.

Kedua, memegang saham dalam jumlah yang sangat banyak, apalagi jika menjadi pengendali. Ketiga memiliki massa yang sangat banyak, dalam artian bisa memberikan pengaruh kepada investor dalam jumlah yang besar.

"Jika memiliki 1 saja dari 3 hal itu sudah bisa menggerakkan saham, apalagi jika punya 3 hal itu," tambah Ryan.

Untuk urusan massa, jika si bandit tak punya hal itu bisa saja dia membayar orang yang memiliki pengaruh yang luas di media sosial seperti influencer.

Si bandit seperti memasang jebakan, ketika massa influencer itu terpengaruh dan membeli saham yang dimaksud si bandit tinggal melepas saham sesuai harga yang dia inginkan.

Maka dengan semakin bertambahnya investor newbie sama saja menambah mangsa bagi para bandit ini.

"Banditnya ini nggak tambah banyak, ini bandit lama yang dapat korban baru saja. Tapi itu menurut saya loh ya. Banyak newbie yang masuk berarti mangsanya dia bertambah," tutupnya.

(das/eds)

Hide Ads