PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mengumumkan kinerja keuangannya sepanjang 2020. Berdasarkan keterangan tertulis Adaro, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2020 sebesar US$ 146,93 juta atau sekitar Rp 2,08 triliun.
Laba tersebut turun sekitar 63,64% dibandingkan 2019 yang sebesar US$ 404,19 juta.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer AE, Garibaldi Thohir mengatakan perusahaan tetap berhati-hati di tengah kondisi ketidakpastian. Meskipun pihaknya yakin pemulihan ekonomi global akan membawa dampak positif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun kami memperkirakan bahwa pemulihan ekonomi global akan membawa dampak positif terhadap industri, kami akan tetap berhati-hati di tengah ketidakpastian yang ada. Kami tetap berfokus untuk meningkatkan keunggulan operasional, pengendalian biaya, dan efisiensi, serta melanjutkan eksekusi terhadap strategi demi kelangsungan bisnis," ujar Garibaldi Thohir, dalam keterangannya, Kamis (3/4/2021).
Adaro membukukan pendapatan usaha sebesar US$2,54 miliar pada 2020, jumlah itu turun 27% dari tahun 2019. Hal ini terjadi karena penurunan 18% pada harga jual rata-rata (ASP) dan penurunan 9% pada volume penjualan.
Volume produksi Adaro juga mengalami penurunan 6% pada menjadi 54,53 juta ton, atau sedikit lebih tinggi daripada panduan tahun 2020 yang telah direvisi menjadi 52-54
juta ton.
Kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang besar terhadap permintaan batu bara dan harga batu bara global pada tahun 2020.
Sementara itu di tahun 2020, beban pendapatan Adaro turun 21% secara tahunan menjadi US$1.96 miliar, sebagai hasil penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar.
Untuk beban usaha turun 29% menjadi US$165 juta, dibandingkan dengan US$233 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini terjadi akibat penurunan 45% pada beban penjualan dan pemasaran dan penurunan 44% pada biaya profesional.
Total aset Adaro turun 12% menjadi US$6,38 miliar. Rincinya, aset lancar turun 18% menjadi US$1.73 miliar dan aset non lancar turun 9% menjadi US$4.65 miliar.