Wall Street Panik, Pasar Saham AS Merosot Tajam

Wall Street Panik, Pasar Saham AS Merosot Tajam

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 19 Mar 2021 09:10 WIB
Pusat bisnis di New York, Wall Street terlihat kosong melompong sebagai dampak
 pandemi Covid-19, Minggu (29/3/2020).
Foto: Anadolu Agency via Getty Images/Anadolu Agency
Jakarta -

Pasar saham AS, Wall Street menutup perdagangan di zona merah. Indeks Nasdaq jatuh hingga 3%, dihantam kenaikan imbal hasil Treasury dan kekhawatiran baru tentang pandemi virus COVID-19 di Eropa.

Mengutip Reuters, Jumat (19/3/2021), kejatuhan pasar saham AS terjadi setelah perdana menteri Prancis memberlakukan lockdown selama sebulan di Paris dan beberapa wilayah lain karena pandemi.

Kejatuhan ini merupakan penurunan dalam satu hari yang paling curam yang dialami Indeks Nasdaq sejak 25 Februari lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indeks sektor energi S&P 500 jatuh 4,7% karena harga minyak turun. Sebagian besar juga karena kekhawatiran tentang meningkatnya kasus COVID-19 di Eropa.

"Serangan terakhir itu berasal dari berita lockdown di Paris. Berita itu tidak diterima dengan baik," kata co-manager perdagangan di Themis Trading, Joe Saluzzi.

ADVERTISEMENT

Indeks Value Russell 1000, yang terdiri dari saham-saham bersifat siklus seperti keuangan dan energi, turun 0,6%. Sedangkan Indeks Growth Russell 1000, yang mencakup saham-saham teknologi, turun lebih dari 2%.

Imbal hasil pada benchmark Treasury 10 tahun telah melewati 1,75%. Angka itu merupakan capaian tertinggi dalam 14 bulan setelah Fed memproyeksikan pertumbuhan terkuat dalam hampir 40 tahun saat krisis COVID-19 mereda.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak juga 'Wall Street Ikut 'Terinfeksi' Virus Corona':

[Gambas:Video 20detik]



The Fed juga kembali berjanji untuk mempertahankan suku bunga di level terendah yakni mendekati nol hingga beberapa tahun mendatang.

Saham Apple Inc dan Amazon.com Inc keduanya turun lebih dari 3%. Saham teknologi sangat sensitif terhadap kenaikan imbal hasil karena nilainya sangat bergantung pada pendapatan jauh ke masa depan.

Selain itu stimulus dari pemerintah AS sebesar US$ 1,9 triliun baru-baru ini juga memicu kekhawatiran tentang kenaikan inflasi dan berkontribusi pada lonjakan imbal hasil Treasury jangka panjang.

Ditambah lagi data tenaga kerja di AS juga belum membaik. Bahkan data menunjukkan jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran secara tak terduga naik pada minggu lalu.

Dow Jones Industrial Average turun 0,46% ke level 32.862,3 poin, sedangkan S&P 500 kehilangan 1,48% menjadi 3.915,47. Indeks Komposit Nasdaq turun 3,02% menjadi 13.116,17. Padahal S&P 500 dan Dow keduanya ditutup pada rekor tertinggi pada hari Rabu lalu.


Hide Ads