PT Archi Indonesia Tbk siap mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2021. Perusahaan tambang emas milik taipan Peter Sondakh dari Grup Rajawali itu menargetkan bisa mengumpulkan Rp 3,974 triliun dari aksi penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) Archi Indonesia, Adam Jaya Putra mengatakan dana tersebut akan dimanfaatkan perseroan maupun anak usaha untuk pembayaran sebagian pokok utang bank dengan presentase 90%. Sisanya lagi untuk pembiayaan kegiatan operasional dan modal kerja.
"Indikasi penggunaan dana IPO ini untuk pembayaran loan dan working capital. Untuk komposisinya sekitar 90% dan 10% masing-masingnya," katanya dalam Konferensi Pers Virtual Public Expose Archi Indonesia, Senin (31/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhir Desember 2020 lalu, Archi Indonesia tercatat memiliki utang bank dengan total mencapai US$ 394,45 juta (Rp 5,63 triliun (kurs Rp 14.270/US$).
Perseroan akan melepas sebanyak-banyaknya 4.967.500.000 lembar saham yang mewakili sebanyak-banyaknya 20% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran di kisaran Rp 750-800 per saham.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Direktur Utama Archi Indonesia Rudy Suhendra mengatakan tujuan dari IPO ini adalah untuk mengembangkan dan mengakselerasi rencana pertumbuhan perseroan, sekaligus untuk terus meningkatkan tata kelola perusahaan.
"Dengan mencatatkan saham perusahaan kami di BEI, Archi bermaksud untuk mempercepat rencana pertumbuhan kinerja perusahaan, dan lebih meningkatkan praktik tata kelola perusahaan yang baik dengan adanya pengawasan secara langsung dari Otoritas Jasa Keuangan OJK dan BEI sebagai regulator, serta masyarakat secara umum," ujar Rudy.