Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja bicara mengenai rencana perusahaan melakukan pemecahan nilai saham yang beredar alias stock split. Diketahui BCA akan melakukan stock split saham dengan rasio 1:5
Jahja mengatakan rencana ini kemungkinan akan terlaksana di awal bulan Oktober. Dia memprediksi di saat itu herd imunity di Indonesia bisa tercapai dan pasar saham kembali prima.
"Kalau nggak ada halangan apa-apa, di bulan Oktober tuh pas herd imunity tecapai, market hot lagi. Sebelum asing masuk kita berhasil stock split," kata Jahja dalam acara webinar online bedah emiten BCA, Jumat (30/7/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjabarkan, saat ini rencana stock split masih dalam mencari tahapan persetujuan dia mengatakan sudah 'sowan' kepada petinggi Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia. Sisanya hanya tinggal menunggu persetujuan dalam RUPSLB BCA yang rencananya diadakan bulan September.
"Kita akan laksanakan RUPSLB kalau nggak salah tanggal 23 September, pada RUPSLB kita butuh persetujuan mayoritas pemegang saham. Harusnya sih mereka oke, saya yakin," kata Jahja.
Kemudian setelah itu BCA baru akan melakukan persiapan untuk pengumuman proses dimulainya stock split alias pemecahan saham sampai nominal baru ditetapkan. Pengumuman akan dijadwalkan pada 7 Oktober.
"Lazimnya butuh another 7 days kira-kira untuk efektif di pasar setelah pengumuman," sebut Jahja.
Dia memperhitungkan dengan rencana stock split 1:5 dan melihat harga saham BCA saat ini, kemungkinan saham BCA akan menjadi seharga Rp 6 ribuan per lembar saham setelah stock split dilakukan.
"Dengan harga Rp 30 ribuan sekarang, atau Rp 29 ribu sekian tadi closing ya, maka akan menjadi sekitar Rp 6 ribu. Ya cukup terjangkau, nggak terlalu beda sama saham bank besar yang lain," kata Jahja.
Dengan begitu, menurutnya saham BCA bisa dikoleksi investor ritel yang mayoritas merupakan anak muda. "Its good for investor retail, dan milenial akan mencoba," katanya.