PT Bukalapak.com Tbk akhirnya menyandang status perusahaan terbuka dan tercatat di pasar modal. Pagi tadi perusahaan resmi mencatatkan sahamnya yang berkode BUKA di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Saat pencatatan tadi pagi saham BUKA langsung bertengger di level Rp 1.060 atau naik 24,71% dari posisi harga penawaran perdana Rp 850. Artinya saham BUKA langsung melompat tinggi hingga menyentuh batas auto reject atas. Hingga pasar tutup tadi saham BUKA tetap di level itu.
Sorak-sorai IPO Bukalapak ini menggema di media sosial seperti Twitter melalui hashtag #BukalapakIPO. Banyak yang meramaikan hashtag tersebut termasuk para pesohor influencer serta selebtwit. Mereka posting dengan menampilkan foto tangkapan layar pencatatan saham IPO Bukalapak yang sama persis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang influencer yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, bahwa memang ada endorse yang dilakukan untuk meramaikan hashtag #BukalapakIPO. Jika benar ini tentu salah satu aksi pompom saham.
"Iya ada endorsenya memang," ucapnya kepada detikcom.
Namun sebelum terhipnotis dengan euforia ini ada baiknya melihat laporan keuangan Bukalapak terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli sahamnya.
Berdasarkan dokumen Laporan Keuangan Bukalapak tahun 2020 perusahaan masih rugi sebesar Rp 1,3 triliun. Namun, bila dibandingkan tahun sebelumnya rugi itu mengalami perbaikan.
Di tahun 2019 rugi Bukalapak lebih besar, mencapai Rp 2,8 triliun. Sementara itu, di tahun 2018 Bukalapak juga mengalami kerugian, jumlahnya mencapai Rp 2,2 triliun.
Di tahun 2020 Bukalapak sebenarnya memperoleh pendapatan sebesar Rp 1,3 triliun. Namun sayang Bukalapak masih memiliki beban yang juga sangat besar. Paling besar beban penjualan dan pemasaran dengan total Rp 1,5 triliun.
Beban terberat kedua untuk urusan umum dan administrasi sebesar Rp 1,4 triliun. Kemudian beban pokok pendapatan sebesar Rp 123 miliar, dan beban lainnya Rp 48 miliar. Beban-beban ini membuat Bukalapak mengalami rugi usaha sebesar Rp 1,8 triliun.
Di akhir 2020, Bukalapak mencatatkan aset sebesar Rp 2,5 triliun, jumlahnya naik dari tahun 2019 yang hanya mencapai Rp 2 triliun. Kemudian, total liabilitas Bukalapak di tahun 2020 sebesar Rp 985 miliar.
(das/dna)