Direktur Eksekutif Departemen Internasional BI Doddy Zulverdi mengungkapkan lebih dari 90% perdagangan Indonesia dengan negara mitra baik di kawasan Asia maupun luar Asia saat ini masih menggunakan dolar AS.
"Dominasi dolar AS sebagai settlement currency dalam transaksi perdagangan dan investasi menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap dolar AS di pasar domestik," kata dia dalam Taklimat Media, Jumat (6/8/2021).
Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap stabilitas harga dan kemampuan pelaku usaha dalam menjalankan berbagai transaksi dengan pihak luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, dalam rangka mencapai dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah serta mendorong pendalaman pasar keuangan non dolar AS di dalam negeri. Bank sentral mengupayakan peningkatan penggunaan mata uang non dolar AS dalam transaksi perdagangan dan investasi dengan luar negeri, termasuk melalui perluasan kerja sama LCS dengan negara-negara mitra.
Manfaatnya adalah mata uang lokal yang negaranya sudah kerja sama dengan RI seperti Ringgit dan Yen dapat digunakan untuk memfasilitasi transaksi perdagangan, investasi dan income transfer tanpa harus konversi ke dolar AS.
"Biaya konversi IDR ke dalam mata uang lokal menjadi lebih efisien karena menggunakan kuotasi harga secara langsung (direct quotation) dan ditransaksikan secara langsung antara rupiah dengan mata uang negara mitra, tanpa perlu lakukan cross rate terlebih dahulu ke dolar AS," jelasnya.
(ara/ara)