Rencana pelepasan saham ke publik atau initial public offering (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk menjadi sorotan. Sebab, ada kabar jika aksi korporasi ini kurang mendapat perhatian investor.
Hal itu pun disinggung Anggota Komisi VI Fraksi Golkar Nusron Wahid dalam rapat dengar pendapat dengan Direktur Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah.
"Kok tidak mendapatkan sambutan meriah dari investor? Apakah valuasinya kegedean atau ada pertimbangan lain," katanya, Rabu (10/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, masalah di pasar saat ini adalah masalah valuasi. Hal itu memunculkan kabar jika IPO Mitratel ini tidak seperti diharapkan seperti semula.
"Problem di market saat ini itu adalah masalah valuasi, yang membuat sayup-sayup di lapangan masalah IPO Mitratel ini tidak seperti angin kencang yang diharapkan semula," ujarnya.
Menurutnya, dalam konteks IPO khususnya perusahaan infrastruktur telekomunikasi sebenarnya ada kabar baik. Sebab, pemerintah telah merilis aturan terkait daftar negatif investasi di mana investor asing bisa masuk ke perusahaan infrastruktur telekomunikasi.
Lanjut ke halaman berikutnya.
"Akhirnya, dalam konteks IPO Mitratel ini karena dia adalah satu-satunya perusahaan tower terbesar di Indonesia, dan paling besar di Indoensia, satu-satunya di BUMN harusnya disambut meriah oleh investor," katanya.
Di tambah, setelah adanya aturan itu marak terjadi transaksi akuisisi. Ia pun menyorot kenapa IPO Mitratel belum mendapat perhatian investor.
"Padahal 2 bulan setelah Perpres itu ditangani ada transaksi akuisisi Digital Colony oleh American Tower sampai pada level angka 20 kali ebitda. Pertanyaannya kenapa? Sampai hari ini, meskipun harga belum ditetapkan IPO Mitratel ini tapi dalam masih dalam range antara Rp 775 sampai Rp 975 berarti ekuivalen dengan 12 sampai 13 kali ebitda masih belum mendapatkan sambutan yang meriah dan antusias dan luar biasa dari investor," paparnya.