PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memberi penjelasan terkait rencana rights issue. Perusahaan menyatakan, rencana tersebut masih dalam tahap persiapan dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan terus dibangun.
Demikian disampaikan Corporate Secretary BBNI Mucharom dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (7/12/2021).
"Terkait dengan rencana rights issue, saat ini Perseroan masih dalam tahap persiapan dan terus membangun komunikasi dengan stakeholder terkait," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini Perseroan terus berfokus dalam melaksanakan program transformasi untuk meningkatkan kinerja dan memberi nilai tambah bagi segenap investor, hal ini juga akan berdampak secara tidak langsung terhadap rencana rights issue yang akan dilakukan oleh Perseroan," sambungnya.
Rencana rights issue ini pernah disinggung Direktur Utama BNI Royke Tumilaar saat rapat dengan Komisi XI DPR beberapa waktu lalu. Dia menjelaskan salah satu alasan perusahaan melakukan rights issue karena modal inti yang mulai menipis.
Sebenarnya dari sisi likuiditas BNI masih cukup baik. Loan to deposit ratio (LDR) yang sering dipakai sebagai indikator likuiditas bank masih di level 87,2% pada kuartal I-2021. Lalu rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) BNI masih di 18%.
"Namun kalau CAR 18%, BNI itu modal intinya tier 1. Modal inti sekarang di 15%. Nah itu sudah agak deket dengan regulasi yang dicanangkan di 14%," tuturnya dikutip dari akun YouTube Komisi XI, Kamis (17/6/2021).
Baca juga: Rights Issue BNI di Harga Rp 3.100 |
Menurut Royke, rasio modal inti dari bank Himbara lainnya berada di kisaran 19-20%. Oleh karena itu BNI mengambil langkah untuk melakukan rights issue untuk menambah modal inti tersebut.
"Kalau dilihat bank Himbara lainya ada di kisaran 19-20%, itu sebabnya kami mencoba mengajukan rights issue agar bisa menambah modal. Supaya bisa mendekati dengan tier-nya di level 18-19% itu pak," terangnya.
Memang diakui Royke tanpa harus melakukan rights issue BNI bisa mengembalikan modal intinya ke 18-19%. Namun itu baru bisa tercapai pada 2024 atau 2025.
"Butuh waktu, tapi untuk ekspansi ke depan kami butuh capital yang cukup supaya bisa ekspansi baik kredit maupun anorganik," tutupnya.
(acd/dna)