Jalan rupiah di 2022 diperkirakan tidak akan mudah. Ada 1 hambatan besar bisa membuat mata uang Garuda terseok-seok.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menjelaskan, salah satu faktor utama yang akan membayangi pergerakan nilai tukar rupiah masih datang dari Federal Reserve alias Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
"Faktor utama yang menggerakkan rupiah terhadap dollar AS bakal datang dari kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral AS," tuturnya kepada detikcom, Minggu (2/1/2022).
Diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 3 kali tahun depan. Hal itu tentu akan memicu penguatan dolar AS karena aliran modal asing kembali ke AS.
"Ekspektasi 3 kali kenaikan suku bunga ini bisa memicu pelemahan rupiah terhadap dollar AS, lebih dalam lagi," tambahnya.
Meski begitu, rupiah masih memiliki harapan untuk menahan dominasi AS di tahun depan. Harapan itu datang dari pemulihan ekonomi Indonesia dan pandemi yang terkendali.
"Neraca perdagangan dan current account Indonesia akan jadi sorotan pelaku pasar. Bagaimana Indonesia bisa mempertahankan surplusnya. Surplus ini membantu menjaga penguatan nilai tukar rupiah dan sebaliknya defisit akan memicu pelemahan," terangnya.
Ariston memprediksi dolar AS di 2022 akan bergerak dalam rentang Rp 13.850- Rp 14.550.
Sementara Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya mengatakan dolar dalam perdagangan akhir tahun 2021 cenderung melemah namun berada di jalur penguatan tahunan terbesar sejak 2015.
"Karena penurunan dalam data klaim pengangguran mingguan membantu meredakan kekhawatiran bahwa lonjakan infeksi COVID-19 yang melibatkan varian omicron akan mengekang pemulihan ekonomi," terangnya.
Untuk di hari pertama 2022, Ibrahim memprediksi mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 14.240-Rp 14.290.
Simak Video "Video Ketua MPR soal Rupiah Nyaris Rp 17 Ribu Per USD: Momentum Tingkatkan Ekspor"
(das/zlf)