Emiten bank digital milik Chairul Tanjung, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Perusahaan berencana menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 10,04 miliar saham atau setara 46,24% dari modal disetor perusahaan dengan harga pelaksanaan Rp 478 per saham. Artinya, Allo Bank berpotensi meraih dana rights issue senilai Rp 4,80 triliun.
Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai saham Allo Bank akan lebih murah pasca rights issue. Hal ini melihat dari pengalaman bank digital yang sudah-sudah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya setelah rights issue, saham bank digital akan turun. Contohnya BABP (PT Bank MNC Internasional Tbk)," kata Teguh saat dihubungi, Senin (10/1/2022).
Berbeda dengan analis pasar modal sekaligus ekonom dari LBP Institute Lucky Bayu Purnomo. Dia menilai justru rights issue ini akan semakin membawa sentimen positif ke kinerja saham Allo Bank.
"Kinerja saham akan lebih liquid karena populasi saham lebih banyak beredar dan Allo Bank itu sudah menjadi transformable bank dari konvensional ke digital. Saya lihat menguat karena sentimen pasar dalam posisi teknologi dan keuangan fintech," tutur Lucky.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Allo Bank mengumumkan harga teoritis saham BBHI untuk pedoman tawar menawar dan penghitungan Indeks Harga Saham BEI di harga Rp 5.678 per saham.
Harga tersebut berlaku mulai perdagangan di pasar reguler dan pasar negosiasi pada Senin ini (10/1). Harga saham BBHI pada akhir cum date di pasar reguler pada 7 Januari tercatat di posisi Rp 10.150 per saham.
Lanjut halaman berikutnya.