Menerawang Peruntungan Hary Tanoe Ubah Maskapai Jadi Perusahaan Batu Bara

Menerawang Peruntungan Hary Tanoe Ubah Maskapai Jadi Perusahaan Batu Bara

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 10 Feb 2022 14:40 WIB
Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe adalah seorang pengusaha dan tokoh politik asal Indonesia. Hary adalah pemilik dari MNC Group. Di bidang politik, dia merupakan pendiri dan Ketua Umum Partai Persatuan Indonesia (Partai Perindo). Reno/detikcom.
Hary Tanoesoedibjo/Foto: Reno Hastukrisnapati Widarto
Jakarta -

Pemilik MNC Group, Hary Tanoesoedibjo yakin langkahnya mengubah lini bisnis maskapai MNC Group, Indonesia Air Transport menjadi perusahaan batu bara bakal mendulang keuntungan besar. Menurutnya, saat ini adalah masa keemasan batu bara.

Baginya, bisnis pertambangan batu bara sedang naik daun karena tingginya harga komoditas tersebut. Maka dari itu perusahaan langsung mengambil kesempatan itu.

"Batu bara ini, mulai tahun lalu khususnya semester II dan sampai hari ini sedang memasuki masa emasnya, harganya lagi bagus sekali. Semua grade itu luar biasa peningkatan, dan marginnya sangat besar. Permintaan ekspor juga besar," papar Hary Tanoe dalam konferensi pers yang disiarkan virtual, Kamis (10/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Maka kami putuskan cepat mengubah arah bisnis IATA dari air transport jadi perusahaan baru bara," ujarnya.

Maskapai itu kini berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk, dan mengalihkan fokus bisnisnya menjadi bidang investasi dan perusahaan induk pertambangan batu bara. Perusahaan berkode saham IATA itu telah mengakuisisi saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).

ADVERTISEMENT

BCR merupakan perusahaan induk dari sembilan perusahaan batu bara dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dari sembilan perusahaan itu, sudah ada dua perusahaan yang memproduksi batu bara.

"Di tahun 2021 dari dua perusahaan ini produksi 2,5 juta MT batu bara dan pendapatannya hampir Rp 1,1 triliun jadi besar sekali," kata Hary Tanoe.

Lihat juga video 'Proyek Hilirisasi Batu Bara Ditargetkan Rampung dalam 30 Bulan':

[Gambas:Video 20detik]



Berlanjut ke halaman berikutnya.

Menurut Hary Tanoe, total luasan area pertambangan dari sembilan perusahaan itu mencapai 74 ribu hektare. Sumber daya batu baranya mencapai 1,6 metrik ton (MT), namun perkiraan cadangan terbuktinya sekitar 500-700 MT per tahun.

"Sumber dayanya, dari 7 yang belum produksi saja 1,4 miliar MT, 2 yang pertama sudah produksi 200 juta MT. Jadi, kurang lebih 1,6 miliar metrik ton, itu baru perkiraan," ungkap Hary Tanoe.

"Biasanya batu bara dibor dulu agar ketahuan proven-nya. Perkiraan kami reserve-nya 500-700 MT yang mineable dan bisa ditambang," katanya.

Hary Tanoe menyatakan pada 2022 produksi batu bara BCR bakal ditambah hingga mencapai 8 juta MT, dua perusahaan di bawah BCR bakal melakukan produksi tahun ini. Dengan begitu, bila dihitung keuntungannya bisa jadi meningkat hingga 3 kali lipat.

"Saya kasih hint sedikit. Di 2021, BCR itu pendapatannya Rp 1,1 triliun lebih dengan produksi 2,5 juta MT. Nah kalau bisa ditingkatkan 8 juta metrik ton tahun ini, maka keuntungan tinggal dikali tiga aja. Tiga kali lipat naiknya," papar Hary Tanoe.

Sebagai informasi, IATA mengakuisisi 99,33% saham BCR dengan harga mencapai US$ 140 juta. Jumlah itu dinilai dari harga dua anak usaha batu bara yang sudah berproduksi. IATA pun berencana bakal melakukan rights issue saham untuk membiayai akuisisi dari BCR.

"Yang dinilai dua perusahaan saja yang sudah produksi. Sisanya bonus buat IATA. Yang tujuh nggak dihitung karena belum produksi," kata Hary Tanoe.


Hide Ads