IHSG Bisa Cetak Rekor Lagi Nggak?

IHSG Bisa Cetak Rekor Lagi Nggak?

Aldiansyah Nurrahman - detikFinance
Kamis, 10 Feb 2022 21:00 WIB
Karyawan mengamati layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (29/09/2014). IHSG berhasil bertahan di zona hijau hingga akhir perdagangan. Indeks itu ditutup pada level 5.142,01 atau rebound 0,18%,Sektor keuangan menjadi pendorong indeks dengan kenaikan 0,77%.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor. Pada Kamis (10/2) pagi, IHSG menyentuh level all time high (ATH) 6.872.

IHSG berhasil mencetak rekor disebut karena sejumlah faktor. Pertama dikarenakan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tren pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal IV-2021 berada di angka 5,02%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya bila dibandingkan dengan kuartal di 2020, angka PDB kita sempat mengalami -5,21%, kemarin kuartal II di 2021 ada di angka 7,07%. Hal ini, mencerminkan dua hal, adanya momentum penyesuaian ekonomi atau batas keseimbangan yang baru untuk pertumbuhan ekonomi dan recovery ekonomi," kata Ekonom dan Praktisi Pasar Modal, Lucky Bayu Purnomo kepada detikcom, Kamis (10/2/2022).

Faktor kedua yang menjadi penyebab IHSG mencetak rekor adalah sentimen pasar. Beberapa emiten telah melaksanakan IPO pada 2022 dan mencatat prestasi capaian angka pertumbuhan harga IPO yang cukup baik.

ADVERTISEMENT

Faktor ketiga adalah faktor global yang mempengaruhi rekor IHSG. Harga minyak dunia telah bergerak ke level US$ 90 per barel. Kinerja komoditas tersebut menambah sentimen pasar yang mereferensikan minyak sedang diminati dunia. Sentimen tersebut mencerminkan adanya likuiditas global.

Likuiditas di kawasan global itu akan mempengaruhi indeks global. Sentimen dari global bergerak ke Asia kemudian mendorong kinerja IHSG jangka pendek.

Meski begitu, Lucky memperkirakan tren penguatan IHSG berlangsung singkat. Namun, IHSG diprediksi bisa menyentuh level 7.000. "Setelah itu, kita harus dalam posisi penuh kecermatan, karena pertengahan tahun itu ada beberapa sentimen yang perlu diperhatikan," ujarnya.

Kemudian Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve diprediksi menaikkan suku bunga acuannya. Hal ini bisa membuat nilai tukar dolar AS menguat.

"Indonesia kan mata uangnya rupiah, apabila rupiah mengalami pelemahan karena dolar AS itu perlu waspada," sambung Lucky.

Bagaimana laju IHSG ke depan? Cek halaman berikutnya.

Analis Pasar Modal Reza Priyambada mengatakan laju IHSG tergantung dari respons pasar, seperti kebijakan pemerintah ke depan. Misalnya, bila kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diperketat, maka akan mempengaruhi IHSG.

Contohnya seperti yang terjadi di IHSG sekarang, kebijakan pemerintah dinilai mempengaruhi pergerakan IHSG. "Percepatan vaksin, booster, kemudian kebijakan akomodatif dari pemerintah, mulai terlihatnya pemulihan itu berpengaruh," katanya.

Di saat laju IHSG seperti sekarang, ada sejumlah rekomendasi saham yang bisa dicermati. Diantaranya sektor perbankan, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara sektor pertambangan, karena menguatnya harga minyak dan emas, serta komoditi lainnya, pilihannya adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Selain itu, emiten pilihan yang bisa menjadi alternatif, yakni di sektor penyiaran atau televisi. Sektor itu dapat menjadi pilihan karena kinerja indeks yang mengalami kenaikan sejak setahun terakhir.

Saham di sektor penyiaran seperti di PT Net Visi Media Tbk (NETV) atau yang dikenal dengan NET TV mencatat kinerja yang apik sejak melantai di bursa (IPO). Selain NET TV ada juga, induk media ANTV PT Intermedia Capital Tbk (MDIA).


Hide Ads