Rubel Rontok Lawan Dolar AS, Rusia Dibayangi Gagal Bayar Utang

Rubel Rontok Lawan Dolar AS, Rusia Dibayangi Gagal Bayar Utang

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 10 Mar 2022 08:46 WIB
Sejumlah negara Barat mengenakan sanksi ekonomi kepada Rusia. Akibatnya, mata uang rubel langsung turun hingga 30 persen. Warga ramai-ramain menarik uang sebelum makin tumbang,
Ilustrasi/Foto: AP/Alexander Zemlianichenko Jr

Rusia telah berjuang untuk mencegah krisis keuangan sejak Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan sekutu Barat lainnya memberlakukan sanksi pada sebagian besar sistem perbankan negara itu. Termasuk, membekukan cadangan senilai ratusan miliar dolar yang telah ditimbun selama bertahun-tahun untuk melindungi ekonomi. Analis memperkirakan bahwa lebih dari setengah cadangan mata uang asing dan emas Rusia sekarang terlarang.

Bank sentral menaikkan suku bunga lebih dari dua kali lipat menjadi 20%. Kemudian, untuk sementara melarang pialang Rusia menjual sekuritas yang dipegang oleh orang asing. Pemerintah telah memerintahkan eksportir untuk menukar 80% dari pendapatan mata uang asing mereka dengan rubel, dan melarang penduduk Rusia melakukan transfer bank di luar Rusia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rubel telah berada di bawah tekanan yang kuat, dan kegagalan Rusia untuk mempertahankan mata uangnya akan menyebabkan penderitaan ekonomi. Rusia merupakan pengekspor minyak dan gas terbesar, tetapi banyak sektor ekonomi lainnya bergantung pada impor. Ketika nilai rubel jatuh, mereka akan menjadi jauh lebih mahal untuk dibeli, mendorong inflasi.

Fitch Ratings memangkas peringkat kredit Rusia pada hari Selasa dan memperingatkan bahwa gagal bayar akan segera terjadi.

ADVERTISEMENT

"Peningkatan sanksi lebih lanjut, dan proposal yang dapat membatasi perdagangan energi, meningkatkan kemungkinan respons kebijakan oleh Rusia yang mencakup setidaknya selektif non pembayaran kewajiban utang negaranya," kata lembaga pemeringkat tersebut dalam sebuah pernyataan.

Bahkan dengan Rusia di ambang gagal bayar, negara-negara Barat terus melepaskan pembatasan hukuman yang dirancang untuk lebih mengisolasi Rusia. AS dan Inggris melarang impor energi Rusia pada hari Selasa, dan Uni Eropa mengatakan akan berupaya mengurangi impor gas alam sebesar 66% tahun ini.

Keputusan bank sentral untuk mencegah Rusia membeli dolar AS menandai akhir dari rubel. Hal itu disampaikan Anders slund, seorang ekonom dan mantan penasihat pemerintah Rusia.

"Semua konvertibilitas rubel telah berakhir. Putin telah menghancurkan rubel," kata slund di Twitter.


(acd/ara)

Hide Ads