Putin Berhasil Bikin Rubel Perkasa Usai Babak Belur, Ini Rahasianya

Putin Berhasil Bikin Rubel Perkasa Usai Babak Belur, Ini Rahasianya

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 01 Apr 2022 09:32 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin (Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Jakarta -

Rentetan sanksi yang dijatuhkan oleh Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina membuat rubel babak belur. Namun, dalam satu bulan mata uang Rusia itu telah pulih sepenuhnya dan sekarang diperdagangkan pada level yang terlihat seperti sebelum perang.

Bank Sentral Rusia telah mengambil langkah dramatis dalam beberapa pekan terakhir dengan campur tangan di pasar. Bank sentral menerapkan kebijakan untuk mencegah investor dan perusahaan menjual mata uang dan tindakan lain yang memaksa mereka untuk membelinya.

Apa yang dilakukan Rusia memperkuat rubel?

Bank sentral mematok lebih dari dua kali lipat suku bunga menjadi 20%. Hal itu mendorong orang Rusia untuk menyimpan uang mereka dalam mata uang lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak cuma itu, eksportir juga telah diperintahkan untuk menukar 80% dari pendapatan mata uang asing mereka dengan rubel daripada menyimpannya dalam mata uang dolar AS atau euro.

Pialang Rusia pun telah dilarang menjual sekuritas yang dipegang oleh orang asing, ditambah lagi penduduk tidak diperbolehkan melakukan transfer bank di luar Rusia.

ADVERTISEMENT

Negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu juga telah mengancam agar pembelian gas alam oleh negara lain menggunakan rubel, bukan euro atau dolar AS.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak Video: Ngeri! Suasana Perang-Ledakan di Mariupol Ukraina

[Gambas:Video 20detik]



Langkah-langkah tersebut memungkinkan Rusia mendorong permintaan rubel. Masalah yang dihadapi pembuat kebijakan adalah bahwa dengan ekonomi Rusia yang compang-camping, tidak ada yang benar-benar ingin membeli mata uang atas kemauan mereka sendiri.

Ketika pembatasan dicabut, permintaan untuk rubel akan turun, dan nilainya akan merosot, bahkan mungkin secara dramatis. Hal yang sama berlaku untuk pasar saham Rusia.

Indeks acuan MOEX cenderung lebih tinggi ketika perdagangan dilanjutkan seminggu yang lalu setelah penghentian panjang yang dipaksakan oleh perang.

Tetapi analis mengatakan itu karena pembatasan yang berlaku pada investor, termasuk larangan short selling. Hanya 33 saham yang diizinkan untuk diperdagangkan saat pasar dibuka kembali. Ketika perdagangan diperpanjang ke semua saham minggu ini, indeks jatuh lagi.

Dengan mengingat hal itu, rebound rubel dan pergerakan pasar saham tidak boleh dianggap sebagai sinyal bahwa ekonomi Rusia sedang membaik.

Menurut perkiraan terbaru dari S&P Global Market Intelligence, negara tersebut menghadapi resesi terdalam sejak 1990-an, dan ekonomi akan menyusut seperlima tahun ini.


Hide Ads