Tolak Beli Gas Rusia Pakai Rubel, Jerman dan Austria Siapkan Ini

Tolak Beli Gas Rusia Pakai Rubel, Jerman dan Austria Siapkan Ini

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 31 Mar 2022 12:03 WIB
Para Pemimpin Eropa Waspadai Dampak Embargo Minyak dan Gas Rusia
Foto: DW (News)
Jakarta -

Jerman dan Austria telah memulai pembentukan rencana darurat atas kemungkinan krisis pasokan gas di tengah perselisihan pembayaran dengan Rusia. Jerman dan Austria menolak mentah-mentah bila gas harus dibeli dengan mata uang Rubel Rusia.

Dilansir dari BBC, Kamis (31/3/2022), Rusia telah menuntut negara-negara yang 'tidak ramah' dengannya untuk membeli gas dengan mata uang Rubel mulai 31 Maret. Tetapi negara-negara Uni Eropa, yang sebagian besarnya menjadi negara yang tidak ramah bagi Rusia telah menolak gagasan itu.

Moskow tampaknya melunakkan sikapnya, mereka mengatakan pada hari Rabu 30 Maret kemarin bila pembayaran Rubel akan diperkenalkan secara bertahap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski begitu, Jerman dan Austria yang juga menolak membeli gas dengan Rubel telah mengambil langkah-langkah darurat krisis gas di negaranya masing-masing. Kedua negara ini pun selama ini memang ketergantungan dengan gas Rusia.

Jerman mendesak konsumen dan perusahaan untuk mengurangi konsumsi gas dalam rangka mengantisipasi kemungkinan kekurangan pasokan. Sementara Austria mengatakan akan memperketat pemantauan pasar gas.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Jerman sebetulnya memenuhi sekitar setengah kebutuhan gas dan sepertiga kebutuhan minyaknya dari Rusia. Mereka kini sedang memutar otak untuk menangani masalah yang terjadi, terutama resesi jika pasokan tiba-tiba berhenti.

Menteri ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pasokan gas negara itu dijaga untuk saat ini, tetapi mengatakan pihaknya meningkatkan tindakan pencegahan jika terjadi eskalasi oleh Rusia.

Kepala regulator jaringan Jerman Bundesnetzagentur, Klaus Müller, mengatakan tujuan peringatan dini adalah untuk menghindari penurunan pasokan. Dia mendesak konsumen dan industri untuk mempersiapkan semua skenario.

Tetangga Jerman, Austria lebih bergantung pada Rusia untuk gas. Negara itu mendapatkan sekitar 80% gas dari kebutuhan negaranya. Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan langkah-langkah seperti penjatahan gas akan dipertimbangkan berperan dalam krisis yang segera terjadi.

Juru bicara Kremlin, pusat pemerintahan Rusia, Dmitry Peskov mengatakan negaranya belum akan menuntut pembayaran dalam Rubel mulai Kamis. Ada banyak yang mesti disesuaikan bila ingin Rubel digunakan sebagai alat pembayaran minyak.

"Pembayaran dan pengiriman adalah proses yang memakan waktu, dari sudut pandang teknologi, ini adalah proses yang lebih lama," kata Peskov.

Rusia pun mulai mempertimbangkan untuk menerima Bitcoin untuk transaksi minyak dan gas di kala negara Barat telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah menuntut bahwa gas alam yang diekspor ke Eropa harus dibayar dalam Rubel. Analis mengatakan langkah itu akan menguatkan mata uang Rubel yang turun tajam setelah invasi.

Eropa, yang secara total mengimpor sekitar 40% gasnya dari Rusia dan membayar sebagian besar dalam Euro mengatakan raksasa gas yang dikendalikan negara Rusia, Gazprom, tidak dapat menarik kembali kontrak.

Namun, Vyacheslav Volodin, ketua majelis parlemen Rusia mengatakan lebih baik politisi Eropa menghentikan pembicaraan soal penolakan Rubel. Menurutnya, mereka harus berhenti mencoba mencari pembenaran tentang mengapa mereka tidak dapat membayar dalam Rubel.

"Jika Anda ingin bensin, carilah Rubel," tegas Volodin.

Kremlin juga mengatakan Rusia dapat mulai menuntut pembayaran dalam Rubel untuk komoditas lain seperti pupuk, biji-bijian, logam, dan kayu.

Simak juga 'Kurangi Impor Minyak Rusia, Harga Bensin di Jerman Naik':

[Gambas:Video 20detik]



(hal/zlf)

Hide Ads